Kamis, 30 Maret 2017

Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Acara 3 Pengaruh Limbah terhadap Pertumbuhan Tanaman

ACARA III
PENGARUH LIMBAH TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

ABSTRAK
Praktikum Ekologi Tanaman berjudul Pengaruh Limbah Terhadap Pertumbuhan Tanaman dilaksanakan di Laboratorium Ekologi Tanaman, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada 6 September4 Oktober 2016. Tujuan dari praktikum ini mengetahui pengaruh pemberian berbagai jenis limbah terhadap pertumbuhan kedelai.Adapun bahan yang digunakan antara lain benih kacang tanah, benih jagung, benih kangkung, benih padi, limbah blotong, limbah tahu, limbah rumah tangga dan tanah. Alat yang dibutuhkan meliputi polibag, timbangan, cethok, penggaris, label, munshell colour chart, dan oven. Bahan dan alat yang digunakan meliputi benih padi, jagung, kacang tanah, kangkung, limbah rumah tangga, blotong dan tahu, tanah. polibag, timbangan, cethok, penggaris, label, bagan warna, dan oven. Benih ditanam pada polibag yang telah diisi dengan tanah sebanyak 3 biji per polibag. Perlakuan terdisi atas limbah blotong, rumah tangga, tahu dan kontrol. Pada praktikum ini digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Variabel yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar dan kering tanaman, panjang akar, luas daun serta pH tanah sebelum dan sesudah. Data dianalisis dengan analisis CRD dilanjutkan uji DMRT 5%. Berdasarkan percobaan pengaruh limbah terhadap pertumbuhan tanaman dapat diketahui bahwa pemberian limbah tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel yang diamati.

Kata kunci: limbah blotong, limbah tahu, limbah rumah tangga, pertumbuhan tanaman

I.                   PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan zaman, beberapa negara semakin meningkatkan potensi sumber daya baik sumber daya alam maupun sember daya manusia. Dewasa ini, beberapa negara semakin meningkatkan perkembangan industri untuk menyejahterakan penduduknya. Berkembangnya sektor industri menyebabkan semakin banyaknya pabrik-pabrik yang didirikan. Namun, keberadaannya ini menimbulkan beberapa masalah berupa limbah. Keberadaan limbah industri dapat mencemari lingkungan jika tidak dapat diolah dengan baik. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Dewi dan Simanjuntak (2015) bahwa agroindustri seringkali menghadapi masalah dengan pembuangan limbah. Jika limbah tidak diperlakukan semestinya, limbah tersebut dapat membahayakan kesehatan masyarakat.
Selain limbah industri, limbah juga dapat berasal dari limbah rumah tangga maupun limbah pertanian. Selain itu, jenis-jenis limbah yang ada juga beragam dengan efek yang ditimbulkan terhadap lingkungan berbeda-beda. Limbah umumnya merupakan hasil akhir dari suatu proses yang tidak dapat digunakan. Beberapa limbah bahkan merupakan bahan berbahaya dan beracun, seperti merkuri dan logam berat lainnya. Akibat kebanyakan dampak negatif yang ditimbulkan limbah, maka perlu pengolahan limbah sebelum dibuang ke lingkungan.
Dengan semakin tingginya kegiatan industri menyebabkan keberadaan limbah semakin tinggi. Hal tersebut mendorong upaya pemanfaatan beberapa limbah untuk mengurangi dampak negatif yang dapat terjadi terhadap lingkungan. Salah satunya menurut penelitian Obono et al. (2016), vinasse merupakan limbah cair dari industri gula dan etanol, sebagian besar terdiri dari air, bahan organik dan garam mineral. Vinasse merupakan sumber yang cukup kalium (rata-rata 9,37 gram/L) untuk tanaman, sumber bahan organik dan sebagai peningkat kesuburan tanaman. Dari hasil penelitian menunjukkan meskipun vinasse mempunyai keasaman yang kuat (rata-rata 4,5), kondisi tersebut tidak mengganggu pertumbuhan tanaman. Namun menurut Sutoyo (2010), pengaplikasian vinasse secara langsung dapat merusak porositas tanah dan struktur tanah menjadi lebih keras. Rusaknya struktur tanah dipicu oleh tingginya konsentrasi gula reduksi.
Setiap limbah mempunyai kandungan yang berbeda-beda. Adanya perbedaan itu
menyebabkan perlunya pengujian terhadap beberapa limbah. Selain itu, potensi pemanfaatan limbah dengan pengolahan yang sesuai juga perlu dilakukan untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan atau untuk mengetahui beberapa limbah yang justru dapat dimanfatkan. Oleh sebab itu dilakukan percobaan pengaruh limbah terhadap pertumbuhan tanaman dengan tujuan, yaitu 1) mengetahui pengaruh pemberian beberapa macam limbah terhadap pertumbuhan tanaman dan 2) mengetahui perbedaan tanggapan tanaman terhadap pemberian beberapa macam limbah.

II.                METODE PERCOBAAN
Praktikum Ekologi Tanaman berjudul Pengaruh Limbah Terhadap Pertumbuhan Tanaman dilaksanakan di Laboratorium Ekologi Tanaman, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada 6 September4 Oktober 2016. Adapun bahan yang digunakan antara lain benih kacang tanah, benih jagung, benih kangkung, benih padi, limbah blotong, limbah tahu, limbah rumah tangga dan tanah. Alat yang dibutuhkan meliputi polibag, timbangan, cethok, penggaris, label, munshell colour chart, dan oven. Rancangan yang dipakai pada praktikum ini adalah RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 4 perlakuan, yaitu limbah blotong, limbah rumah tangga dan limbah industri tahu serta kontrol.
Langkah kerja yang dilakukan adalah disiapkan 12 polybag, kemudian dipisahkan tanah dari kotoran dan kerikil menggunakan cethok. Polybag kemudian diisi dengan tanah sebanyak 4/5 bagian. Pada polybag ditanam masing – masing 4 buah benih. Tanaman akan dijarangkan pada umur 7 hari setelah tanam menjadi 2 tanaman per polybag. Pemberian limbah dilakukan setiap 2 hari hingga tanaman berumur 21 hari setelah penjarangan. Pemberian limbah disertai dengan pengukuran parameter pertumbuhan. Limbah yang diberikan pada tanaman ditakar dengan cup. Variabel yang diamati  meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar dan bobot kering, panjang akar, dan luas daun. Hasil pengamatan yang diperoleh pada praktikum ini adalah grafik tinggi tanaman, grafik jumlah daun, histogram bobot kering, histogram rasio akar/tajuk dan histogram luas daun tanaman. Diukur juga pengamatan faktor lingkungan berupa parameter suhu, kelembaban dan intensitas cahaya. Data yang diperoleh dianalisa dengan data CRD dan dilanjutkan DMRT 5%.

III.             HASIL DAN PEMBAHASAN
Limbah merupakan hasil buangan dari sebuah industri ataupun rumah tangga yang tidak dimanfaatkan lagi. Keberadaan limbah ini akan dapat mencemari lingkungan jika tidak diolah. Hal ini dikarenakan beberapa limbah dapat bersifat toksik, namun beberapa juga dapat digunakan sebagai pupuk bagi tanaman. Pada praktikum ini digunakan tanaman padi, kangkung, kacang tanah dan jagung yang akan diberi perlakuan dengan limbah blotong, tahu, rumah tangga dan kontrol. Berikut ini merupakan data yang diperoleh dari pengaruh limbah terhadap pertumbuhan tanaman, sebagai berikut:
Gambar 3.1. Grafik Tinggi Tanaman vs Hari Pengamatan
Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa pemberian beberapa macam limbah terhadap beberapa tanaman mempengaruhi petumbuhan tinggi tanaman. Efek yang ditimbulkan menghasilkan pengaruh yang berbeda-beda. Pada tanaman padi, perlakuan kontrol justru mempunyai pertumbuhan tinggi tanaman yang lebih baik dibandingkan perlakuan pemberian limbah. Selain itu, pada tanaman kacang tanah juga menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi tanaman yang terbaik yaitu pada perlakuan kontrol. Pada kedua komoditas tanaman tersebut, pemberian limbah blotong justru menyebabkan pertumbuhan tinggi tanaman tidk terlalu bagus. Adapun menurut Sutoyo (2010), limbah blotong mengandung unsur hara makro nutrien yang dibutuhkan tanaman yaitu N, P, K, Ca dan S. Selain itu, menurut Dewi dan Simanjuntak (2015), blotong mengandung 10,615% bahan organik, 2,56% N, 0,482% P2O5 dan 4,82% K2O. Meskipun telah disebutkan bahwa blotong mengandung berbagai unsur hara ternyata hal tersebut tidak meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman. Adapun pengairan limbah cair memberikan peningkatan pertumbuhan tinggi tanaman lebih cepat dibandingkan tanaman yang tidak dialiri limbah cair. Namun setelah mencapai total kumulatif penyiraman, pertumbuhan tanaman menurun dibanding tanaman lainnya. Hal tersebut terjadi akibat tanaman mengalami keracunan Fe dan Al. Sementara itu pada tanaman kangkung, tinggi tanaman yang tertinggi diperoleh pada perlakuan dengan limbah tahu. Limbah cair tahu memiliki kandungan bahan organik yang lebih tinggi (Lutama et al., 2015). Selain itu, menurut Haruna et al. (2013) mengatakan bahwa sifat tanaman kangkung dapat mengakumulasi zat-zat yang bahkan zat-zat yang tergolong berbahaya ke dalam tubuh tanaman tersebut. Adapun tinggi tanaman tertinggi pada tanaman jagung diperoleh pada perlakuan limbah rumah tangga. Adanya perbedaan efek pemberian ini dikarenakan setia tanaman mempunyai karakteristik dan kebutuhan hara yang berbeda. Pada setiap limbah yang dijadikan perlakuan mempunyai kandungan hara yang berbeda-beda sehingga dapat memberikan respon yang berbeda pada beberapa tanaman percobaan.
Gambar 3.2. Grafik Jumlah Daun vs Hari Pengamatan
Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa jumlah daun terpengaruh oleh pemberian berbagai macam limbah. Dari berbagai perlakuan, jumlah daun yang tinggi berasal dari perlakuan kontrol. Sementara itu, pemberian limbah justru menyebabkan jumlah daun lebih kecil dibandingkan kontrol. Dari grafik di atas, pemberian blotong menyebabkan jumlah daun menjadi lebih sedikit jika dibandingkan dengan pemberian limbah rumah tangga dan tahu. Umumnya pemberian berbagai kandungan unsur hara dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman termasuk jumlah daun. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa beberapa limbah mempunyai kandungan N dimana kandungan N berperan dalam pertumbuhan vegetati tanaman. Namun berdasarkan grafik hasil percobaan, pemberian limbah yang mengandung berbagai unsur hara justru menyebabkan jumlah daun yang terbentuk sedikit.
Gambar 3.3. Histogram Luas Daun
Keterangan: Angka pada histogram menunjukkan rerata hasil pengamatan. Huruf yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata antar perlakuan menurut uji DMRT alpha 5%.

Luas daun suatu tanaman menunjukkan seberapa besar tajuk suatu tanaman. Luas daun berhubungan dengan proses pembentukan asimilat karena daun merupakan organ yang melakukan fotosintesis. Daun merupakan salah satu organ yang termasuk dalam organ vegetatif tanaman. Menurut Silva dan Uchida (2000), unsur N membuat tanaman tumbuh lebih vigor. Adapun jika tanaman kekurangan unsur N dapat menyebabkan pertumbuhan vegetatif terhambat. Berdasarkan pernyataan Silva dan Uchida maka dapat diketahui bahwa ketersediaan unsur N bagi tanaman juga dapat meningkatkan luas daun suatu tanaman.
Berdasarkan grafik pecobaan pemberian limbah pada berbagai tanaman diperoleh hasil bahwa perlakuan pemberian limbah meningkatkan hampir semua komoditas tanaman percobaan. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa limbah blotong mengandung unsur N. Adapun komponen terbesar limbah tahu adalah protein (N-total) sebesar 226,06-434,78 mg/l (Kaswinarni, 2007). Hal tersebut dapat memacu pertumbuhan tanaman. Salah satunya adalah pertumbuhan daun. Dari grafik tersebut menunjukkan bahwa pemberian blotong lebih efektif meningkatkan luas daun pada tanaman jagung. Adapun pemberian limbah rumbah tangga menyebabkan luas daun yang besar pada tanaman kangkung dan limbah tahu meyebabkan luas daun yang besar pada tanaman kacang tanah. Sementara itu, perlakuan kontrol justru menghasilkan luas daun yang lebih kecil dari perlakuan pemberian limbah. Adapun berdasarkan hasil uji lanjut DMRT 5% diperoleh data bahwa perlakuan macak-macak, tergenang dan berselang tidak terjadi perbedaan bobot segar dan bobot kering tajuk yang nyata.
Gambar 4. Bobot Segar dan Bobot Kering Tajuk
Keterangan: Angka pada histogram menunjukkan rerata hasil pengamatan. Huruf yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata antar perlakuan menurut uji DMRT alpha 5%.

Bobot segar tanaman merupakan berat tanaman dimana masih mengandung air, unsur hara dan hasil proses dari aktivitas metabolisme. Adapun bobot kering merupakan bobot yang tanaman berupa hasil asimilat yang terdapat dalam suatu tanaman. Hal tersebut menyebabkan bobot segar menjadi lebih besar dibandingkan bobot kering tanaman. Berdasarkan histogram di atas dapat diketahui bahwa bobot segar dan bobot kering dengan perlakuan pemerian limbah yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda. Hal tersebut berarti bahwa aktivitas metabolisme yang terjadi pada setiap tanaman juga berbeda. Pemberian perlakuan limbah rumah tangga menunjukkan bobot segar yang tinggi pada setiap komoditas. Sementara itu dilihat dari bobot kering perlakuan limbah rumah tangga terdapat selisih yang cukup besar antara bobot kering dan bobot segar. Hal tersebut menunjukkan bahwa kandungan air dalam tanaman cukup tinggi sehingga dapat diketahui bahwa keadaan sel-sel tanaman mengalami turgor. Pada histogram di atas dapat diketahui bahwa pemberian blotong tidak terlalu menyebabkan bobot segar yang tidak terlalu tinggi. Sementara itu, meskipun bobot segar tanaman menunjukkan hasil yang cukup berbeda, namun dilihat dari bobot kering tanaman khususnya pada tanaman kacang tanah hampir sama. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian berbagai limbah pada kacang tanah menyebabkan perbedaan pada bobot segar, tetapi hasil asimilatnya tidak jauh berbeda dengan melihat hasil bobot kering tanaman. Adapun menurut Harjadi (2002) menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman ditunjukkan dengan penambahan ukuran bobot kering yang mencerminkan bertambahnya protoplasma karena ukuran maupun jumlah sel bertambah. Adapun berdasarkan hasil uji lanjut DMRT 5% diperoleh data bahwa perlakuan macak-macak, tergenang dan berselang tidak terjadi perbedaan bobot segar dan bobot kering tajuk yang nyata.
Gambar 5. Bobot Segar dan Bobot Kering Akar
Keterangan: Angka pada histogram menunjukkan rerata hasil pengamatan. Huruf yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata antar perlakuan menurut uji DMRT alpha 5%.

Bobot segar dan bobot kering akar dapat menunjukkan kondisi keadaan usur hara dan air suatu tanaman. Akar akan melakukan adaptasi morfologi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana hal tersebut akan mempengaruhi pada bobot akar juga. Berdasarkan histogram di atas dapat diketahui bahwa pada tanaman jagung mempunyai bobot segar paling tinggi dengan perlakuan limbah rumah tangga dan bobot kering paling rendah pada perlakuan limbah rumah tangga. Sementara itu berbeda dengan perlakuan kontrol pada tanaman jagung yang mempunyai bobot segar terendah dan bobot kering tertinggi diantara tanaman jagung lainnya. Dari hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi sel akar pada perlakuan limbah rumah tangga tinggi namun tidak disertai dengan asimilat yang terkandung dalam akar tersebut. Adapun pada tanaman kacang tanah, kangkung dan padi, bobot segar tertinggi yaitu pada perlakuan kontrol. Pada kacang tanah, bobot segar akar tanaman pada setiap perlakuan berbeda, namun bobot kering yang diperoleh hampir seragam besarnya. Pada tanaman kangkung, bobot kering tertinggi secara berurutan yaitu pada perlakuan kontrol, limbah blotong, tahu dan rumah tangga. Pada tanaman padi, kontrol mempunyai bobot kering terendah dan perlakuan limbah blotong menyebabkan bobot kering akar padi tinggi. Adapun berdasarkan hasil uji lanjut DMRT 5% diperoleh data bahwa perlakuan macak-macak, tergenang dan berselang tidak terjadi perbedaan bobot segar dan bobot kering tajuk yang nyata.
Gambar 6. Ratio Akar/Tajuk
Keterangan: Angka pada histogram menunjukkan rerata hasil pengamatan. Huruf yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata antar perlakuan menurut uji DMRT alpha 5%.

Rasio akar/tajuk menunjukkan seberapa besar tingkat tolransi tanaman terhadap kondisi lingkungan. Rasio akar/tajuk yang semakin tinggi menunjukkan bahwa tingkat toleransinya juga semakin tinggi. Berdasarkan histogram di atas dapat diketahui bahwa hasil analisis data dengan uji lanjut DMRT 5% menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata terhadap perlakuan yang diberikan terhadap tanaman kangkung, kacang tanah, jagung maupun padi. Sementara itu jika dillihat pada tanaman padi, jagung dan kangkung  yang mempunyai nilai rasio akar/tajuk paling tinggi yaitu pada perlakuan blotong. Adapun pada tanaman kacang tanah yang mempunyai rasio akar/tajuk tinggi yaitu perlakuan kontrol. Tanaman yang mempunyai rasio akar/tajuk blotong menandakan bahwa akar perlu bekerja ekstra dengan memperluas bidang serapan untuk memperoleh air yang sesuai. Jika akar tanaman tetap pendek maka tanaman akan menyerap dari limbah yang diaplikasikan. Adapun berdasarkan hasil uji lanjut DMRT 5% diperoleh data bahwa perlakuan macak-macak, tergenang dan berselang tidak terjadi perbedaan bobot segar dan bobot kering tajuk yang nyata.

IV.             KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan pengaruh limbah terhadap pertumbuhan tanaman dapat disimpulkan bahwa pemberian limbah tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel yang diamati. Namun jika dilihat berdasarkan grafik, beberapa limbah dapat memacu pertumbuhan yang optimal dari suatu variebel, seperti limbah blotong yang bagus untuk meningkatkan luas daun dan limbah rumah tangga yang bagus untuk bobot segar akar. Adapun saran untuk praktikum selanjutnya yaitu jarak tanam lebih direnggangkan agar tanaman tidak saling menaungi dan tanaman tidak terkena perlakuan dari perlakuan lain.























DAFTAR PUSTAKA

Dewi, A.M. dan B.H. Simanjuntak. 2015. Aplikasi berbagai dekomposer pada vinasse terhadap kualitas pupuk organik cair, pertumbuhan dan hasil tanaman selada hijau (Lactuca sativa L.). Seminar Nasional Pangan Lokal, Bisnis dan Eko-Industri, Semarang.
Harjadi, S.S. 2002. Pegantar Agronomi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Haruna, E.T., I. Isa dan N. Sulaeman. 2013. Fitoremediasi pada media tanah yang mengandung Cu dengan tanaman kangkung darat. < http://repository.ung.ac.id/Fitoremediasi-Pada-Media-Tanah-Yang-Mengandung-Cu-dengan-tanaman-kangkung-darat.pdf >. Diakses pada 10 November 2016.
Kaswinarni, F. 2007. Kajian teknis pengolahan limbah padat dan cair industri tahu. Tesis. Universitas Diponegoro, Semarang.
Lutama, D., S, Winarso dan T.C. Setiawati. 2015. Uji efektifitas pertumbuhan Spirulina sp. Pada limbah cair tahu diperkaya urea dan superphosphate 36 (SP36). Berkala Ilmia Pertanian 10(10):1-5.
Obono, F., A.N. Nsangou, D. Ngaha, Tchawou dan C. Kapseu. 2016. Valuation of vinasse as organic fertilizer on the corn field. American Scientific Research Journal for Engineering, Technology and Sciences 23(1):185-189.
Silva, J.A. dan R. Uchida. 2000. Plant nutrient management in Hawaii’s soils, approaches for tropical and subtropical agriculture. University of Hawaii, Manoa.
Sutoyo, K.H. 2010. Pengembangan pupuk organik berbasis limbah vinasse diperkaya dengan effective endemic microorganism dalam upaya mendukung pertanian amah lingkungan. Penelitian STRANAS, Universitas Jember.

Laporan Praktikum Teknologi Benih Acara 5 Besar Benih, Pengaruhnya pada Kecepatan Berkecambah, Pemunculan dan Pertumbuhan Bibit

ACARA V BESAR BENIH, PENGARUHNYA PADA KECEPATAN BERKECAMBAH, PEMUNCULAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT Abstraksi Praktikum Dasar-Dasar Tekno...