ACARA
2
IDENTIFIKASI
BENIH DAN KECAMBAH
Abstraksi
Praktikum
Teknologi Benih Acara 2 yaitu Identifikasi Benih dan Kecambah. Praktikum ini
telah dilaksanakan pada hari Rabu, 16 Maret 2016 di Rumah Kaca dan Laboratorium
Teknologi Benih, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta. Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasikan
benih berdasar atas sifat-sifat fisik, bentuk, warna, ukuran, pemukaan kulit,
embrio, endosperm, serta warna dan bentuk kecambahnya. Adapun alat-alat yang
digunakan pada praktikum ini meliputi scalpel, pinset, magnifier, bak
perkecambahan dan pasir. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum berupa benih
padi, kedelai, jagung, sorgum, gandum, bayam, selada, sawi, kecipir, buncis,
kacang hijau, kangkung, wortel, mentimun, terong, bengkoang, gambas, semangka,
pare, kacang panjang, cabai dan tomat. Praktikum ini dilakukan dengan mengamati
ciri fisik, bentuk dan tipe embrio, serta perkecambahan benih. Pengamatan ciri
fisik benih meliputi bentuk, warna, ukuran, kondisi permukaan kulit dan bobot
100 butir pada semua contoh benih. Pengamatan embrio meliputi warna embrio,
warna endosperm dan bentuk kotiledon yang dilakukan pada 9 benih dari semua
contoh benih. Pengamatan perkecambahan benih dilakukan pada benih kedelai,
jagung dan timun. Hasil yang diperoleh dari
percobaan adalah bentuk benih yang diamati berupa bulat, bulat lonjong, bulat
lonjong runcing, pipih, elips dan pipih persegi. Warna benih yang diamati
meliputi hitam, coklat, coklat tua, coklat muda, coklat kehitaman, coklat
kekuningan, hijau, kuning, ungu, merah kecoklatan dan hitam kemerahan. Ukuran
benih yang diamati meliputi panjang, lebar dan tebal dari 0.01 sampai 1.33 cm.
Tekstur permukaan benih yang diamati adalah halus, megkilap dan kasar. Setiap
macam benih juga memiliki embrio yang berbeda bagiannya. Proses terbentuknya
kecambah dipengaruhi oleh jenis tanaman berdasakan adanya kotiledon pada benih
dan letak kotiledon saat berkecambah
I.
Pendahuluan
a.
Latar
Belakang
Pada kegiatan budidaya suatu tanaman yang bersifat
agronomis, kondisi benih dan kualitas benih merupakan hal yang penting. Benih
untuk kegiatan agronomis haruslah benih murni yang tidak tercampur oleh kotran
maupun benih varietas dan benih tanaman lain. Pada penggolongan ini diperlukan
pengetahuan mengenai karakteristik benih. Karakteristik benih dapat dilakukan
dengan mengidentifikasikan benih.
Pengujian kualitas benih umumnya dapat dilakukan
menggunakan alat yang disebut purity desk. Akan tetapi, pengujian kualitas
benih juga dapat dilakukan dengan melihat morfologi benih melalui pengujian
bobot 100 benih. Tidak hanya dengan mengamati ciri fisik saja, identifikasi
juga dilakukan dengan mengamati embrio dan perkecambahan. Hal ini dilakukan
untuk memudahkan pada agronomist
untuk mengambil keputusan ketika dalam lapangan mengenai cara penanaman ataupun
mengetahui kondisi tanaman, apakah tanaman tumbuh normal ataupun mengalami
penyimpangan (tidak normal).
b.
Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk
mengidentifikasikan benih berdasar atas sifat-sifat fisik, bentuk, warna,
ukuran, pemukaan kulit, embrio, endosperm, serta warna dan bentuk kecambahnya.
II.
Tinjauan
Pustaka
Benih
mempunyai pengertian merupakan biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan
dan pengembangan usaha tani serta memiliki fungsi agronomis. Dalam konteks
agronomi, benih dituntut untuk bermutu tinggi atau benih unggul, sebab benih
harus mampu menghasilkan tanaman yang dapat berproduksi maksimum dengan sarana
teknologi yang semakin maju. Pengujian kualitas benih sangat penting karena
terujinya kualitas benih dapat memberikan jaminan untuk mendapatkan benih yang
baik sesuai dengan SNI dan meminimalisir kerugian (Lesilolo et al., 2013).
Menurut
Anonim (2013) berdasarkan Undang-undang No. 12 tahun 1992, benih bermutu
mempunyai ciri sebagai berikut:
1. Produktivitasnya
tinggi yaitu varietas mempunyai produksi yang tinggi artinya selisih antara
produksi yang diperoleh pada lingkungan pengujian sebelum varietas tersebut
dirilis ke lingkungan pertanaman luas.
2. Pertumbuhan
seragam yaitu pertumbuhan antar satu tanaman dalam suatu pertanaman yang sama
baik dari aspek tinggi tanaman, diameter batang, perkembangan kanopi dan
produktivitas.
3. Mutu
genetisnya tinggi yaitu struktur gen dalam kromosom sama pada setiap tanaman
dalam varietas tersebut.
Proses
perkecambahan merupakan tahapan awal dari proses terbentuknya individu baru
pada tumbuhan berbiji. Kelompok tumbuhan berbiji menghasilkan biji yang
merupakan propagul untuk tumbuh menjadi individu baru. Di dalam biji terdapat
komposisi kimia yang berperan sebagai embrio yang dapat aktif tumbuh menjadi
individu baru apabila berada dalam kondisi lingkungan yang sesuai. Kondisi
lingkungan yang sesuai mencakup kesesuaian akan air, cahaya dan udara. Biji
dibedakan menjadi tiga tipe berdasarkan daya simpannya, yaitu biji ortodoks,
rekalsitran dan intermediet (Mudiana, 2007).
Perkecambahan
adalah muncul dan berkembangnya radikula dan plumula dari benih atau biji.
Secara visual dan morfologis suatu benih yang berkecambah ditandai dengan
terlihatnya radikula dan plumula dari biji. Perkecambahan benih terdapat tipe
epigeal dan tipe hypogeal. Perkecambahan epigeal merupakan perkecambahan dimana
menghasilkan kecambah dengan kotiledon muncul di atas permukaan tanah (Marthen et al., 2013). Perkecambahan hypogeal
adalah apabila terjadi pembentangan ruas batang teratas (epikotil) sehingga
daun lembaga ikut tertarik ke atas tanah, tetapi kotiledon tetapi di bawah
tanah (Sutopo, 2002).
III.
Metodologi
Praktikum
Teknologi Benih acara 2 tentang identifikasi benih dan kecambah. Praktikum ini
telah dilaksanakan pada hari Rabu, 16 Maret 2016 di Rumah Kaca dan Laboratorium
Teknologi Benih, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta. Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini
meliputi scalpel, pinset, magnifier, bak perkecambahan dan pasir. Bahan-bahan
yang digunakan pada praktikum berupa benih padi, kedelai, jagung, sorgum,
gandum, bayam, selada, sawi, kecipir, buncis, kacang hijau, kangkung, wortel,
mentimun, terong, bengkoang, gambas, semangka, pare, kacang panjang, cabai dan
tomat. Cara kerja pada praktikum ini adalah diamati ciri fisik (bentuk, warna,
ukuran, kondisi permukaan kulit dan bobot 100 butir), identifikasi embrio
(warna embrio, warna endosperm dan bentuk kotiledon) dan perkecambahan benih.
Identifikasi embrio dilakukan pada biji yang sudah dilembabkan, lalu dibelah
dan diamati bagian-bagian benih tersebut. Pada perkecambahan benih dilakukan
pada bak media pasir selama 14 hari. Perkembangan perkecambahan diamati setiap
2 hari sekali. Pada setiap pengamatan didokumentasikan dalam bentuk foto.
IV.
Hasil
dan Pembahasan
a.
Hasil
Pada praktikum ini terdapat 25 macam benih yang
diidentifikasi secara morfologi. Berikut ini merupakan identifikasi secara
morfologi pada benih, yaitu
1. Kedelai
var. Burangrang (Gycine max)
(Dokumentasi Pribadi, 2016)
Kedelai
mempunyai biji yang halus. Pada varietas burangrang, kedelai mempunyai warna coklat.
Benih kedelai berbentuk bulat pipih dan terdapat bulatan hitam kecil pada biji
yang merupakan mata biji.
2. Bayam
(Amaranthus sp.)
(Dokumentasi Pribadi,
2016)
Benih
bayam berukuran kecil sehingga sulit diamati. Bayam mempuyai benih yang
berwarna hitam dengan bentuk built pipih. Menurut Sastrapradja (1977), tanaman
bayam menghasilkan biji yang banyak.
Biji bayam mudah rontok dari tanaman. Warna kulit biji ada yang hitam
atau coklat tua.
3. Buncis (Phaseolus vulgaris)
(Dokumentasi Pribadi,
2016)
Buncis
mempunyai biji yang terletak pada polongnya. Biji buncis yang digunakan pada
praktikum ini berwarna merah kecoklatan. Akan tetapi, warna ini berbeda tiap
varietas. Menurut Cahyono (2003), setiap buncis terdapat 2 sampai 6 butir
polong yang pendek dan lebih dari 12 butir untuk polong yang panjang. Bentuk
biji buncis sedikit melungkung dan mempunyai mata biji. Buncis yang telah masak
akan mempunyao biji yang kerasa dan kulit yang kering.
4. Mentimun
(Cucumis sativus)
(Dokumentasi Pribadi,
2016)
Mentimum
mempunyai biji yang terletak pada bagian tengah buah. Biji mentimun menggerombol
dan mengandung lendir. Biji mentimum berpentuk elips dan tipis. Biji ini
digunakan sebagai alat perbanyakan secara generatif.
5. Bengkuang
(Pachyrrhizus erosus)
(Dokumen Pribadi, 2016)
Bengkuang
mempunyai biji yang berwarna hitam kemerahan. Biji bengkuang berbentuk pipih
persegi. Permukaan biji bengkuang halus. Biji bengkuang mempunyai kulit yang
cukup keras sehingga dapat dilakukan skarifikasi untuk mempercepat proses
perkecambahan benih.
6. Padi
IR-66 (Oryza sativa)
(Dokumentasi Pribadi,
2016)
Padi
IR-66 mempunyai kulit yang cukup keras dan kasar. Untuk membudidayakan padi,
umumnya dilakukan perendaman benih selama semalam untuk membuat benih melakukan
imbibisi sehingga mempercepat perkecambahan.
7. Kangkung (Ipomoea reptans)
(Dokumentasi Pribadi,
2016)
Kangkung
mempunyai biji yang berwaran gelap. Biji kangkung berbentuk bulat tidak beraturan
dari hasil pengamatan. Permukaan biji kangkung halus dan mempunyai berat 100
butir seberat 3,88 gram.
8. Tomat (Solanum lycopersicum)
(Dokumentasi Pribadi,
2016)
Tomat
mempunyai biji yang diselimuti lender. Lendir pada biji ini harus dihilangkan
agar biji dapat berkecambah. Biji tomat berukuran kecil dan ringan. Benih tomat
berbentok oval runcing dan tipis.
9. Padi
IR-64 (Oryza sativa)
(Dokumentasi Pribadi,
2016)
Padi
IR-64 mempunyai kulit yang cukup keras dan kasar. Untuk membudidayakan padi,
umumnya dilakukan perendaman benih selama semalam untuk membuat benih melakukan
imbibisi sehingga mempercepat perkecambahan.
10. Kecipir
(Psophocarpus tetragonolobus)
(Dokumentasi Pribadi,
2016)
Biji
kecipir berada dalam buah kecipir. Dalam satu buah kecipir terdapat lima sampai
21 biji kecipir. Kecipir mempunyai biji yang berbentuk bulat dan berwarna
coklat hitam.
11. Gandum var. DWR
195 (Triticum durum)
(Dokumentasi Pribadi,
2016)
Gandum
merupakan tanaman subtropics. Biji gandum tersusun atas bagian-bagian tertentu
yang melingkupi endospermanya. Pada bagian luar biji terdapat lemma dan palea
yang melindungi biji.
12. Semangka
(Citrullus lanatus)
(Dokumentasi Pribadi,
2016)
Semangka
merupakan tanaman merambat. Biji semangka terletak disebagian daging buah. Biji
semangka berwarna coklat muda dan berukuran kecil.
13. Gandum
var. HD 2189 (Triticum durum)
(Dokumentasi Pribadi,
2016)
Gandum
merupakan tanaman subtropics. Biji gandum tersusun atas bagian-bagian tertentu
yang melingkupi endospermanya. Pada bagian luar biji terdapat lemma dan palea
yang melindungi biji.
14. Gambas
(Luffa acutangula)
(Dokumentasi Pribadi,
2016)
Gambas
mempunyai daging buah yang lunak. Biji gambas tersebar di dalam daging buah.
Gambar mempunyai bentuk buah silinder dengan beberapa garis tegas (Ashari,
1995).
15. Padi
var. Fatmawati (Oryza sativa)
(Dokumentasi Pribadi,
2016)
Padi
var. Fatmawati mempunyai kulit yang cukup keras dan kasar. Untuk membudidayakan
padi, umumnya dilakukan perendaman benih selama semalam untuk membuat benih
melakukan imbibisi sehingga mempercepat perkecambahan.
16. Selada keriting
(Lactuca sativa)
(Dokumentasi Pribadi,
2016)
Biji
selada berukurn kecil dan ringan. Biji ini berwarna kuning putih Biji selada
merupakan biji tertutup dan berkeping dua.
17. Kacang hijau (Vigna radiata)
(Dokumentasi Pribadi,
2016)
Biji
kacang hijau berbentuk bulat yang terletak di dalam polong dan berwarna hijau. Menurut
Purwono dan Hartanto (2005), berat 1000 butir kacang hijau antara 36 hingga 78
gram.
18. Wortel (Daucus carota)
(Dokumentasi Pribadi,
2016)
Wortel
mempunyai benih yang kecil dan ringan. Benih wortel mudak sekali terbawa angina
ketika sudah kering dan tersebar ke lahan sekitar. Beih wortel berwarna coklat
dan berbentuk lonjong.
19. Kacang panjang (Vigna sinesis)
(Dokumentasi Pribadi,
2016)
Biji
kacang panjang berada di dalam polong. Di dalam satu polong dapat mencapai 15
biji atau lebih tergantung pada panjang polong dan varietas kacang panjang.
Pada bagian tengah biji terdapat bekas tangkai yang menghubungkan biji dengan
kulit buah (Pitojo, 2006)
20. Jagung
(Zea mays)
(Dokumentasi Pribadi,
2016)
Biji
jagung merupakan biji Caryopsis yaitu biji kering yang mengandung sebuah benih
tunggal yang menyatu dengan jaringan-jaringan dalam buahnya (Wirawan dan
Wahyuni, 2002).
21. Padi
var. Wayapo Bulu (Oryza sativa)
(Dokumentasi Pribadi,
2016)
Padi
var. Wayapo Bulu mempunyai kulit yang cukup keras dan kasar. Untuk
membudidayakan padi, umumnya dilakukan perendaman benih selama semalam untuk
membuat benih melakukan imbibisi sehingga mempercepat perkecambahan.
22. Kacang
tanah (Arachis hypogaea)
(Dokumentasi Pribadi,
2016)
Kacang
tanah mempunyaai bentuk biji yang lonjong dan berwarna coklat. Kacang tanah
mempunyai kulit biji yang tipis. Pada biji kacang tanah biasanya terdalam
bulatan kecil yang nantinya akan menjadi plumula jika dikecambahkan.
23. Terong
(Solanum melongena)
(Dokumentasi Pribadi,
2016)
Terong
mempunyai letak biji yang menyerupai biji gambas. Biji terong juga berada dalam
daging buah yang terletak tidak beraturan. Biji terong berwarna cokelat dan
berbentuk pipih.
24. Cabai besar (Capsicum annum)
(Dokumentasi Pribadi,
2016)
Biji
cabai terletak di dalam buah cabai dan mengandung lendir. Cabai merupakan buat
setengah basah. Biji cabai berukuran kecil dan berwarna coklet. Cabai mempunyai
permukaan biji yang halus.
Pada praktikum ini, dilakukan identifikasi embrio
terhadap sembilan benih berbeda, yaitu
Tabel 1. Pengamatan Identifikasi Embrio
No.
|
Jenis
Benih
|
Warna
Embrio
|
Warna
Cadangan Makanan
|
Gambar
|
1
|
Kedelai
|
Coklat
|
Coklat
|
|
2
|
Gambas
|
Coklat
|
Putih
|
|
3
|
Kecipir
|
Putih
|
Putih
|
|
4
|
Kacang
Panjang
|
Putih
|
Putih
|
|
5
|
Kacang
Hijau
|
Coklat
tua
|
Coklat
|
|
6
|
Jagung
|
Putih
|
Kuning
|
|
7
|
Mentimun
|
Putih
kekuningan
|
Putih
kekuningan
|
|
8
|
Bengkuang
|
Coklat
|
Coklat
|
|
9
|
Buncis
|
Coklat
|
Kuning
|
|
Pada praktikum ini dilakukan pengamatan
perkecambahan benih terhadap benih mentimun, kedelai dan jagung. Hasil yang
diperoleh sebagai berikut :
Tabel 2. Pengamatan Perkecambahan Benih
Hari ke
|
Kedelai
|
Jagung
|
Timun
|
2
|
|
|
|
4
|
|
|
|
6
|
|
|
|
8
|
|
|
|
10
|
|
|
|
12
|
|
|
|
14
|
|
|
|
(Dokumen
pribadi, 2016)
b.
Pembahasan
Identifikasi benih merupaka salah satu kegiatan
dasar dalam teknologi benih. Benih setiap tanaman mempunyai ciri khusus yang
berbeda dengan benih lainnya. Melalui identifikasi benih, seseorang dapat
dengan mudah membedakan benih yang satu dengan benih lainnya. Identifikasi
benih juga dapat menguji kualitas benih dengan mengamati morfologi benih.
Kegiatan identifikasi benih untuk membedakan benih
paling awal dan mudah melalui pengamatan ciri fisik benih. Identifikasi ciri
fisik benih dapat dilakukan dengan mengamati bentuk benih, warna benih, tekstur
permukaan benih, ukuran benih meliputi panjang, lebar dan tebal benih, serta
bobot 100 benih. Dengan pengamatan fisik benih, seseorang dapat langsung
membedakan suatu benih hanya dengan melihat bagian luarnya. Selain itu,
identifikasi benih juga dapat dilihat dari kondisi benih, apakah benih keriput
ataupun tidak.
Menurut Crowder (2010), komposisi suatu biji terdiri
dari embrio kecil, endosperm banyak (dimana tepung disimpan), dengan suatu
lapisan aleuron mengelilingi endosperm. Embrio merupakan bakal buah dari suatu
biji yang nantinya akan mengalami perkembangan menjadi radikula (calon akar),
hipokotil (calon batang), epikotil (calon pucuk) maupun kotiledon (calon daun
lembaga) jika berada pada kondisi yang sesuai. Biji yang nantinya berfungsi
sebagai benih untuk budidaya yang bersifat agronomis membutuhkan cadangan
makanan agar dapat bertahan lama. Cadangan makanan pada benih berupa karbohidrat,
protein dan lemak yang nantinya akan dirombak oleh enzim sebagai energi untuk
melakukan metabolisme pada benih sehingga dapat tumbuh dan berkembang. Menurut
Anonim (tanpa tahun), pada biji terdapat beberapa struktur yang berfungsi
sebagai jaringan penyimpan cadangan makanan, yaitu
1. Kotiledon,
misalnya pada kacang-kacangan, semangka dan labu.
2. Endosperm,
misalnya pada jagung, gandum, kelapa dan golongan serealia.
3. Perisperm,
misalnya pada family Chenopodiceae dan Caryophyllaceae.
4. Gametophytic
betina haploid, misalnya pada kelas Gymnospermae.
Kotiledon merupakan calon dari daun lembaga selain
berfungsi sebagai penyedia nutrisi bagi benih, juga berperan sebagai organ yang
berperan dalam metabolisme. Proses metabolisme tersebut berupa fotosintesis
yang menhasilkan energi. Kotiledon terbentuk selama proses embriogenesis
bersama dengan akar dan tunas tanaman selama perkecambahan. Kotiledon tumbuh
didalam benih bersama dengan endosperma. Jumlah kotiledon pada tanaman
menentukan jenis tanaman tersebut. Tanaman monokotil hanya mempunyai satu
kotiledon, sedangkan tanaman dikotil mempunyai dua kotiledon.
Radikula adalah calon akar lembaga yang akan tumbuh
menjadi akar utama. Radikula tumbuh menembus kulit biji. Pada benih dikotil,
radikula akan menjadi akar tunggang. Adapun pada monokotil akan membentuk akar
serabut dimana nantinya akan terdapat akar adventis yang tumbuh bukan dari akar
primer tetapi dari pangkal batang. Sementara itu, kulit benih melapisi bagian
endosperm. Kulit benih berfungsi untuk mencegah benih dari kekeringan,
kerusakan mekanis atau cendawan dan melindungi benih dari suhu tinggi. Setiap
benih mempunyai ketebalan dan kekerasan kulit benih yang berbeda-beda. Kulit
benih umumnya berasal dari integument ovule yang mengalami modifikasi selama
proses pembentukan biji.
Pengamatan embrio dilakukan dengan melembabkan benih
sehingga terjadi imbibisi. Setelah itu, benih dibelah dan diamati perbedaannya,
serta dilakukan identifikasi bagian-bagian yang terdapat dalam benih tersebut. Bagian-bagian
benih tersebut meliputi warna embrio, warna cadangan makanan dan tipe
embrionya. Pada benih yang dilakukan percobaan, terdapat bagian embrio,
endosperm dan integument (pelindung keras). Akan tetapi, integument pada benih
jagung cukup tipis. Dari pengamatan embrio dapat diketahui, benih yang diamati
termasuk monokotil atau dikotil dengan melihat jumlah kotiledon. Benih yang
termasuk monokotil adalah jagung dan padi. Adapun kacang tanah, kacang hijau,
kacang panjang, buncis, bengkuang, mentimun, kedelai dan gambas termasuk
dikotil. Bentuk embrio pada benih bermacam-macam. Pada buncis, bengkuang dan
mentimun, embrio terletak pada ujung benih dan terlihat menonjol. Semetara itu,
pada benih kacang hijau, kacang tanah, kacang panjang dan kedelai terletak
dibagian tengah benih.
Perkecambahan meupakan proses
lanjutan dari benih yang mengalami imbibisi dan adanya pengaktifan enzim
sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan menjadi kecambah. Perkecambahan
ditandai dengan munculnya radikula dan plumula. Pada tahap awal dari
perkecambahan dapat diamati tipe-tipe perkecambahan suatu benih berdasarkan
kedudukan kotiledon benih. Menurut Sutopo (2002), tipe perkecambahan benih
dibedakan menjadi
1. Epigeal
Tipe perkecambahan
epigeal yaitu munculnya radikula diikuti dengan memanjangnya hipokotil secara
keseluruhan dan membawa serta kotiledon dan plumula ke atas permukaan tanah.
2. Hipogeal
Tipe perkecambahan hipogeal
yaitu apabila terjadi pembentangan ruas batang teratas (epikotil) sehingga daun
lembaga ikut tertarik ke atas tanah, tetapi kotiledon tetapi di bawah tanah
Pada praktikum ini, dilakukan pengamatan tipe
perkecambahan pada benih kedelai, jagung dan timun yang dikecambahkan pada
media pasir selama 14 hari. Dari hasil percobaan diketahui bahwa perkecambahan
jagung termasuk tipe hypogeal. Hal ini dikarenakan pertumbuhan epikotil
menyebabkan plumula terangkat dan terus mengalami pemanjang yang berada di atas
permukaan tanah. Adapun kotiledon tetap berada di dalam tanah. Benih kedelai
dan mentimun termasuk dalam perkecambahan epigeal. Hal ini dikarenakan
hipokotil mengalami pemanjangan yang menyebabkan kotiledon terangkat di atas
permukaan tanah.
Pada perkecambahan epigeal diawali dengan munculnya
radikula yang tumbuh ke dalam permukaan tanah. Kemudian akar melakukan
perluasan bidang serapan agar memperoleh nutrisi untuk terus tumbuh. Radikula
terus mengalami pertumbuhan dan memanjang sehingga dapat mengangkat plumula
muncul ke permukaan tanah. Selanjutnya testa mengelupas. Ketika cadangan
makanan pada kotiledon habis, maka kotilebon akan mengkerut dan dan akan
terbentuk daun, selanjutnya mulai terbentuk fotosintesis pada kecambah
tersebut.
Pada perkecambahan hipogeal diawali dengan radikula.
Radikula kemudian terus berkembang dan diiringi munculnya epikotil yang tumbuh
memanjang sampai ke luar permukaan tanah. Pemanjangan epikotil ini tidak ikut
membawa kotiledon ke atas permukaan tanah. Setelah epikotil muncul diatas
permukaan tanah, selanjutnya akan tumbuh plumula pada ujung epikotil. Epikotil
akan bertumbuh terus ke atas dan muncul daun. Sementara itu, jika cadangan
makanan pada kotiledon sudah habis, maka kotiledon akan mengempis dan akar
terus berkembang untuk menyerap nutrisi dari dalam tanah.
V.
Kesimpulan
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa identifikasi benih yang
dilakukan pada 24 benih mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Bentuk benih
dapat berupa bulat, bulat lonjong, bulat lonjong runcing, pipih, elips dan
pipih persegi. Warna benih meliputi hitam, coklat, coklat tua, coklat muda,
coklat kehitaman, coklat kekuningan, hijau, kuning, ungu, merah kecoklatan dan
hitam kemerahan. Ukuran benih yang diamati meliputi panjang, lebar dan tebal
dari 0.01 sampai 1.33 cm. Tekstur permukaan benih ada yang halus, megkilap dan
kasar. Setiap benih mempunyai bagian embrio yang berbeda meliputi embrio,
testa, endosperm dan kotiledon. Perkecambahan benih dibedakan berdasarkan letak
kotiledonnya menjadi tipe epigeal dan hipogeal.
Daftar
Pustaka
Anonim,
2013.http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptambon/berita-254-kriteria-pemilihan-benih-bermutu-.html.
Diakses pada 6 April 2016.
Ashari, S. 1995.
Hortikultura aspek budidaya. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Cahyono,
Bambang. 2003. Kacang Buncis. Kanisius, Yogyakarta
Crowder, L.V.
2010. Genetika tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Kirby
Lesilolo,
M.K., J. Riry dan E.A. Matatula, 2013. Pengujian viabilitas dan vigor benih
beberapa jenis tanaman yang beredar di pasaran Kota Ambon. Jurnal Agrologia
2(1): 1-9.
Marthen,
E. Karya dan H. Rehatta. 2013. Pengaruh perlakuan kecambah dan
perendamanterhadap perkecambahan benih sengon (Paraserianthes falcataria L.). Jurnal Agrologia 2(1): 10-16).
Mudiana. 2007.
Perkecambahan Syzygium cumini (L.)
Skeels. Jurnal Biodiversitas 8(1) : 39-42.
Mudita
Pitojo. 2006.
Benih cabai. Kanisius, Yogyakarta.
Purwono dan R.
Hartono. 2005. Kacang Hijau. Penebar Swadaya, Depok.
Sastrapradja, S.
1977. Sayur-sayuran. Lembaga Biologi Nasional-LIPI, Bogor
Sutopo. 2002. Teknologi
benih. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Wirawan,
B. dan S. Wahyuni. 2002. Memproduksi benih bersertifikat. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar