Sabtu, 01 April 2017

Laporan Praktikum Teknologi Benih Acara 5 Besar Benih, Pengaruhnya pada Kecepatan Berkecambah, Pemunculan dan Pertumbuhan Bibit

ACARA V
BESAR BENIH, PENGARUHNYA PADA KECEPATAN BERKECAMBAH, PEMUNCULAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT

Abstraksi
Praktikum Dasar-Dasar Teknologi Benih Acara V dengan judul Besar Benih, Pengaruhnya pada Kecepatan Berkecambah, Pemunculan dan Pertumbuhan Bibit dilaksanakan pada hari Rabu, 30 Maret 2016 di Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tujuan praktikum ini yaitu mengetahui kemampuan benih untuk berkecambah, muncul, dan tumbuh di lapangan pada benih yang berbeda ukurannya. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah kapas, kertas saring, air, pasir dan benih kacang tanah (Arachis hypogaea) dengan ukuran kecil, sedang, dan besar. Adapun alat-alat yang digunakan antara lain cawan petri, bak perkecambahan, oven, pinset, timbangan digital dan germinator. Praktikum ini dilakukan dengan mengecambahkan benih kacang dengan ukuran yang berbeda yaitu besar, sedang dan kecil. Parameter yang diamati yaitu kecepatan berkecambah benih, kemunculan bibit, dan presentase pemunculan, tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar dan kering tajuk dan akar yang berumur 14 hari setelah tanam. Data yang diperoleh dianalisis varian dengan taraf kepercayaan 95% yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Dari hasil analisis diperoleh hasil bahwa ukuran benih tidak memberikan perbedaan yang signifikan pada parameter-parameter yang diuji.
Kata Kunci: kacang tanah, besar benih dan kecepatan berkecambah

I.                   Pendahuluan
a.      Latar Belakang
Benih mempunyai cadangan makanan yang tersimpan dalam susunan kimia yang berbentuk lemak, karbohidrat dan protein. Cadangan makanan ini diperoleh benih saat masa pertumbuhan dan perkembangan ketika masih mendapat aliran nutrisi dari tanaman. Benih yang dipanen pada masak fisiologis akan mempunyai cadangan makanan yang maksimal, berbeda dengan benih yang dipanen ketika belum masuk masak fisiologis. Benih yang masak fisiologis umumnya mempunyai ukuran benih yang lebih besar untuk komoditas benih yang sama. Cadangan makanan ini berperan dalam membantu perkecambahan benih.
Benih yang mempunyai ukuran besar diduga mempunyai kandungan cadangan makanan yang banyak karena mempunyai embrio yang besar. Hal ini memungkinkan tumbuhan yang berasal dari benih yang berukuran besar menghasilkan tanaman yang kuat. Akan tetapi, masa imbibisi benih dan pengaktifan enzim juga berperan dalam perkecambahan dan terbentuknya bibit tanaman. Hal ini dikarenakan benih-benih yang kecil juga mempunyai kandungan yang sama dengan yang disimpan pada benih besar. Maka dilakukan pengujian pengaruh ukuran benih terhadapa kekuatan berkecambah dan pertumbuhan bibit benih kedelai. Hal ini dilakukan karena perkecambahan dan pertumbuhan benih tidak hanya ditentukan oleh kandungan cadangan makanan yang disimpan oleh benih, tetapi ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi perkecamban dan pertumbuhan benih, seperti faktor lingkungan.

b.      Tujuan
Tujuan praktikum besar benih, pengaruhnya pada kecepatan berkecambah, pemunculan dan pertumbuhan bibit adalah mengetahui kemampuan benih untuk berkecambah, muncul, dan tumbuh di lapangan dari benih yang berbeda ukurannya.

II.                Tinjauan Pustaka
Daya berkecambah benih nyata dipengaruhi oleh mutu awal benih, dan kombinasi antara mutu awal benih, dan invigorasi. Pada tingkat mutu awal benih yang sama, semua benih yang diberi perlakuan invigorasi menghasilkan daya berkecambah yang lebih tinggi dibandingkan tanpa invigorasi. Invigorasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan mutu fisiologis benih, terutama vigor benih, melalui perlakuan fisik maupun kimiawi. Benih yang bervigor tinggi mampu menunjukkan kinerja yang baik dalam proses perkecambahan dalam kondisi lingkungan yang beragam (Wahyuni, 2011).

III.             Metodologi
Praktikum Teknologi Benih acara 5 berjudul Besar Benih, Pengaruhnya Pada Kecepatan Berkecambah, Pemunculan dan Pertumbuhan Bibit dilaksanakan pada hari Rabu, 30 Maret 2016 di Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pada praktikum ini, bahan yang digunakan adalah benih kacang tanah (Arachis hypogaea), kapas, kertas saring, air dan pasir. Alat yang digunakan meliputi timbangan elektrik, cawan petri, bak perkecambahan, oven, pinset dan germinator.
Langkah kerja pertama, benih dipisahkan berdasarkan ukuran (besar, sedang dan kecil) dan diambil contoh benih masing-masing 150 benih sebanyak 4 ulangan. Daya tumbuh benih dan indeks vigor diuji pada cawan petri dengan media kapas dan kertas filter. Jumlah benih sebanyak 100 benih setiap cawan petri dan diulang sebanyak 4 kali ulangan yang diamati selama 7 hari. Petumbuhan bibit diuji pada media pasir di dalam bak perkecambahan. Jumlah benih yang dikecambahkan sebannyak 50 benih dan diulang sebanyak 4 kali ulangan selama 14 hari. Setiap hari, perkecambahan benih diamati hingga hari ke-7. Pada hari ke-14, 5 sampel bibit diambil dari masing-masing ulangan dan diukur tinggi bibit, jumlah daun, luas daun, diameter batang dan bobot kering. Indeks vigor hipotetik dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Dari data praktikum yang diperoleh, dibuat histogram daya tumbuh untuk masing-masing ukuran benih dengan dua metode pengujian. Grafik pertumbuhan harian dan histogram indeks vigor dibuat untuk setiap ukuran benih pada kedua metode pengujian. Daya tumbuh, indeks vigor dan indeks vigor hipotetik dianalisis dengan analisis varian pada taraf kepercayaan 95% yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor ganda berupa metode benih dan ukuran benih. (catatan: sebelum dianalisis, nilai daya tumbuh harus ditransformasi terlebih dahulu dengan rumus = arcsin).

IV.             Hasil dan Pembahasan
a.      Hasil
Tabel 1. Analisis RAL Gaya Berkecambah, Indeks Vigor, dan Indeks Vigor Hipotetik.
Ukuran Benih
Gaya Berkacambah    
Indeks Vigor  
Indeks Vigor Hipotetik
Top Paper
Sand Test
Top Paper
Sand Test
Besar  
71%
31%
25.289
5.621
0.928
Sedang           
79%
51%
28.696
10.240
1.887
Kecil   
57%
54%
20.573
8.7625
1.766
p-Value
0.538NS
0.41NS
0.526NS
0.432NS
0.583NS
Keterangan: Ukuran benih tidak memberikan perbedaan yang signifikan pada parameter-parameter yang diuji.
b.      Pembahasan
Benih merupakan bahan tanam yang akan digunakan untuk menghasilkan bahan pangan atau bahan kebutuhan manusia lainnya. Untuk mendapatkan hasil tanaman yang maksimal, dibutuhkan tanaman yang sehat dan kuat. Tanaman ini berasal dari benih yang unggul. Salah satu tahapan kritis dalam tumbuhan adalah perkecambahan. Perkecambahan menentukkan kualitas benih yang ditanam untuk menghasilkan tanaman yang kuat.
Benih mengandung air dan cadangan makanan untuk melakukan perkecambahan. Untuk dapat berkecambah dan tumbuh menjadi tanaman yang normal maka benih memerlukan faktor-faktor yang dapat mendukung dalam perkecambahannya. Faktor yang berasal dari dalam benih antara lain : ukuran benih, yang pada umumnya berkolerasi atau berhubungan dengan kecepatan berkecambah, pemunculan dan pertumbuhan bibit, sehingga berpengaruh terhadap berat semai. Ukuran biji pada umumnya akan mempunyai  korelasi yang besar dengan berat semai benih (Gardner et al., 1991). Untuk dapat berkecambah benih membutuhkan tambahan air lagi dengan melakukan imibisi sehingga dapat mengaktifkan enzim untuk melakukan reaksi enzimatik. Cadangan makanan di dalam benih disimpan dalam bentuk karbohidrat, lemak dan protein.
Pada praktikum ini, untuk mengetahui perbedaan ukuran benih terhadap kecepatan berkecambah dan pertumbuhan bibit dilakukan terhadap benih kacang tanah yang berukuran kecil, sedang dan besar. Berikut ini merupakan data hasil praktikum sebagai berikut:
Gambar 1. Histogram Gaya Berkecambah Benih Kacang Tanah
Gaya berkecambah merupakan banyaknya benih yang berkecambah dari total benih yang dikecambahkan selama kurun waktu yang telah ditentukan. Berdasarkan histogram di atas, hasil percobaan gaya berkecambah kacang tanah tertinggi pada metode top paper dihasilkan pada kacang tanah berukuran sedang. Sedangkan pada metode sand test, gaya berkecambah tertinggi diperoleh oleh kacang tanah berukuran kecil. Menurut Nugraha (1992), ukuran benih mempengaruhi gaya berkecambah dan indeks vigor. Laju pertumbuhan kecambah meningkat dengan meningkatnya besaran benih, dan benih berbentuk bulat lebih tinggi laju pertumbuhannya daripada yang berbentuk pipih (Sadjad et al, 1975). Hasil percobaan yang diperoleh menunjukkan jika benih kecil justru memiliki gaya berkecambah yang tinggi untuk metode sand test dan benih sedang untuk metode top paper. Ketidaksesuaian data hasil praktikum dengan teori yang ada dikarenakan beberapa benih kacang tanah berjamur sehingga mempengaruhi hasil percobaan. Beberapa benih kacang tanah juga ada yang terkena penyakit. Dari hasil histogram di atas dapat dinyatakan bahwa ukuran benih menunjukkan adanya hubungan yang tidak nyata dengan gaya berkecambah dan berbeda dengan teori yang ada dikarenakan pengaruh faktor lingkungan dan faktor internal dari keadaan benih yang dikecambahkan tersebut.
Gambar 2. Grafik Indeks Vigor Metode Top Paper
Indeks vigor merupakan kecepatan benih untuk dapat berkecambah. Benih dikatakan berkecambah jika telah muncul akar sepanjang 1 cm. indeks vigor benih bermanfaat untuk mengetahui keserempakan benih tumbuh sehingga dapat memprediksi waktu panen tanaman. Berdasarkan grafik di atas, indeks vigor benih kacang tanah yang berukuran besar dan sedang cukup tinggi. Sementara itu, benih kacang tanah berukuran kecil mempunyai indeks vigor yang kecil. Benih yang dikecamabahkan pada praktikum ini mempunyai bentuk yang berbeda-beda. Benih besar mempunyai bentuk yang masih mulus dan bulat, sedangkan benih kecil mempunyai bentuk yang kisut dan kasar. Menurut Sadjad (1975), laju pertumbuhan kecambah meningkat dengan meningkatnya besaran benih, dan benih berbentuk bulat lebih tinggi laju pertumbuhannya daripada yang berbentuk pipih. Berdasarkan grafik, besarnya indeks vigor semakin menurun setiap harinya. Hal ini menunjukkan jika proses aktivasi enzim ketika imbibisi hanya terjadi pada awal saja. Penurunan indeks vigor dapat terjadi akibat cadangan makanan yang tersimpan di dalam benih telah habis sehingga reaksi enzimatik juga menurun yang menyebabkan menurunnya indeks vigor benih.

Gambar 3. Grafik Indeks Vigor Metode Sand Test
Benih yang dikecambahkan menggunakan metode sand test ditempatkan di luar ruangan.berdasarkan grafik di atas, benih kacang tanah ukuran besar dan sedang mempunyai indeks vigor yang semakin menurun seiring waktu. Sedangkan pada benih kacang tanah ukuran kecil mengalami fluktuasi selama 7 hari pengamatan. Indeks vigor benih kacang tanah ukuran sedang metode sand test mempunyai indeks vigor tertinggi. Sedangkan indeks vigor terendah terjadi pada benih kacang tanah berukuran kecil. Pada metode sand test, munculnya kecambah dipengaruhi oleh letak benih dan tebalnya lapisan yang menutupi benih tersebut. Pada benih kacang tanah yang kecil, indeks vigor benih rendah dikarenakan perlu cukup air untuk membuat benih tersebut dapat mengaktifkan enzim di dalamnya. Selain itu, benih yang kecil juga mempunyai cadangan makanan yang kecil sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk berkecambah. Grafik indeks vigor umumnya menurun karena cadangan makanan yang terkandung dalam benih telah digunakan untuk melakukan reaksi enzimatik ketika fase imbibisi benih, sehingga seiring waktu cadangan makanan tersebut habis yang menyebabkan turunnya indeks vigor benih.
Gambar 4. Histogram Indeks Vigor Hipotetik Kacang Tanah
Indeks vigor hipotetik merupakan ukuran untuk mengetahui kekuatan dan kemampuan tumbuh benih secara normal di lapangan. Indeks vigor hipotetik dapat diketahui melalui banyaknya jumlah daun, tinggi batang, bobot segar maupun bobot kering tanaman. Berdasarkan histogram di atas, dapat diketahui bahwa benih kacang tanah yang berukuran besar mempunyai indeks vigor hipotetik yang tinggi dan benih kacang tanah kecil mempunyai indeks vigor hipotetik yang kecil. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nugraha (1992) bahwa ukuran benih mempengaruhi gaya berkecambah dan indeks vigor. Menurut Heryana et al. (2008), dengan percobaan pada bibit makadamia diperoleh bahwa jumlah daun ukuran benih besar akan menunjukkan jumlah daun yang lebih banyak dibandingkan benih kecil dan sedang. Benih yang besar mempunyai cadangan makanan yang lebih banyak sehingga lebih optimal dalam melakukan reaksi enzimatik dalam benih dimana reaksi enzimatik tersebut juga berhubungan dengan pertumbuhan dan pembelahan sel. Hal ini berbeda dengan benih kacang tanah yang berukuran kecil, benih yang berukuran kecil mempunyai cadangan makanan yang sedikit sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman harus didukung dengan peran akar dalam mencari nutrisi tambahan untuk pertmbuhan dan perkembangan tanaman tersebut. Hat tersebut menyebabkan pertumbuhan dari tanaman kecil tidak secepat pada tanaman kacang tanah dari benih yang berukuran besar dan sedang.
Berdasarkan analisis data hasil praktikum, diperoleh hasil jika ukuran benih tidak memberikan perbedaan yang signifikan pada parameter-parameter yang diuji. Hal ini berbeda dengan percobaan Heryana et al., (2008) yang menyebutkan bahwa percobaan pada bibit makadamia diperoleh bahwa jumlah daun ukuran benih besar akan menunjukkan jumlah daun yang lebih banyak dibandingkan benih kecil dan sedang. Perbedaan ini disebabkan karena bahan percobaan berupa kacang tanah kebanyakan berjamur akibat kondisi petridish yang terlalu lembab.
V.                Kesimpulan
Berdasarkan percobaan besar benih, pengaruhnya pada kecepatan berkecambah, pemunculan dan pertumbuhan bibit yang telah dilakukan dapat disimpulakan bahwa ukuran benih kacang tanah tidak mempengaruhi kecepatan berkecambah benih, kemunculan bibit, dan presentase pemunculan, tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar dan kering tajuk dan akar.

Daftar Pustaka

Heryana, N., Rusli, dan Indriati, G. 2008. Pengaruh ukuran benih terhadap pertumbuhan bibit macadamia (Macadamia integrifolia). Agrin 12 : 35-41.

Nugraha, S., Setyono, A., dan Rizky, W. 1992. Pengaruh ukuran benih terhadap daya berkecambah dan vigor Kacang Hijau Varietas. Media Penelitian Sukamandi 12: 41-44.

Sadjad, S., M. Poernomohadi, Z. Jusup, dan Z. A. Pian. 1975. Penuntun Praktikum Teknologi Benih. Institut Pertanian Bogor. Bogor


Wahyuni, S. 2011. Peningkatan daya berkecambah dan vigor benih padi hibrida melalui invigorasi. Jurnal Penelitian Tanaman Pangan 30(2):83-87.

Laporan Praktikum Teknologi Benih Acara 2 Identifikasi Benih dan Kecambah

ACARA 2
IDENTIFIKASI BENIH DAN KECAMBAH

Abstraksi
Praktikum Teknologi Benih Acara 2 yaitu Identifikasi Benih dan Kecambah. Praktikum ini telah dilaksanakan pada hari Rabu, 16 Maret 2016 di Rumah Kaca dan Laboratorium Teknologi Benih, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasikan benih berdasar atas sifat-sifat fisik, bentuk, warna, ukuran, pemukaan kulit, embrio, endosperm, serta warna dan bentuk kecambahnya. Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini meliputi scalpel, pinset, magnifier, bak perkecambahan dan pasir. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum berupa benih padi, kedelai, jagung, sorgum, gandum, bayam, selada, sawi, kecipir, buncis, kacang hijau, kangkung, wortel, mentimun, terong, bengkoang, gambas, semangka, pare, kacang panjang, cabai dan tomat. Praktikum ini dilakukan dengan mengamati ciri fisik, bentuk dan tipe embrio, serta perkecambahan benih. Pengamatan ciri fisik benih meliputi bentuk, warna, ukuran, kondisi permukaan kulit dan bobot 100 butir pada semua contoh benih. Pengamatan embrio meliputi warna embrio, warna endosperm dan bentuk kotiledon yang dilakukan pada 9 benih dari semua contoh benih. Pengamatan perkecambahan benih dilakukan pada benih kedelai, jagung dan timun. Hasil yang diperoleh dari percobaan adalah bentuk benih yang diamati berupa bulat, bulat lonjong, bulat lonjong runcing, pipih, elips dan pipih persegi. Warna benih yang diamati meliputi hitam, coklat, coklat tua, coklat muda, coklat kehitaman, coklat kekuningan, hijau, kuning, ungu, merah kecoklatan dan hitam kemerahan. Ukuran benih yang diamati meliputi panjang, lebar dan tebal dari 0.01 sampai 1.33 cm. Tekstur permukaan benih yang diamati adalah halus, megkilap dan kasar. Setiap macam benih juga memiliki embrio yang berbeda bagiannya. Proses terbentuknya kecambah dipengaruhi oleh jenis tanaman berdasakan adanya kotiledon pada benih dan letak kotiledon saat berkecambah

I.       Pendahuluan
a.      Latar Belakang
Pada kegiatan budidaya suatu tanaman yang bersifat agronomis, kondisi benih dan kualitas benih merupakan hal yang penting. Benih untuk kegiatan agronomis haruslah benih murni yang tidak tercampur oleh kotran maupun benih varietas dan benih tanaman lain. Pada penggolongan ini diperlukan pengetahuan mengenai karakteristik benih. Karakteristik benih dapat dilakukan dengan mengidentifikasikan benih.
Pengujian kualitas benih umumnya dapat dilakukan menggunakan alat yang disebut purity desk. Akan tetapi, pengujian kualitas benih juga dapat dilakukan dengan melihat morfologi benih melalui pengujian bobot 100 benih. Tidak hanya dengan mengamati ciri fisik saja, identifikasi juga dilakukan dengan mengamati embrio dan perkecambahan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pada agronomist untuk mengambil keputusan ketika dalam lapangan mengenai cara penanaman ataupun mengetahui kondisi tanaman, apakah tanaman tumbuh normal ataupun mengalami penyimpangan (tidak normal).

b.      Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengidentifikasikan benih berdasar atas sifat-sifat fisik, bentuk, warna, ukuran, pemukaan kulit, embrio, endosperm, serta warna dan bentuk kecambahnya.

II.    Tinjauan Pustaka
Benih mempunyai pengertian merupakan biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan usaha tani serta memiliki fungsi agronomis. Dalam konteks agronomi, benih dituntut untuk bermutu tinggi atau benih unggul, sebab benih harus mampu menghasilkan tanaman yang dapat berproduksi maksimum dengan sarana teknologi yang semakin maju. Pengujian kualitas benih sangat penting karena terujinya kualitas benih dapat memberikan jaminan untuk mendapatkan benih yang baik sesuai dengan SNI dan meminimalisir kerugian (Lesilolo et al., 2013).
Menurut Anonim (2013) berdasarkan Undang-undang No. 12 tahun 1992, benih bermutu mempunyai ciri sebagai berikut:
1.      Produktivitasnya tinggi yaitu varietas mempunyai produksi yang tinggi artinya selisih antara produksi yang diperoleh pada lingkungan pengujian sebelum varietas tersebut dirilis ke lingkungan pertanaman luas.
2.      Pertumbuhan seragam yaitu pertumbuhan antar satu tanaman dalam suatu pertanaman yang sama baik dari aspek tinggi tanaman, diameter batang, perkembangan kanopi dan produktivitas.
3.      Mutu genetisnya tinggi yaitu struktur gen dalam kromosom sama pada setiap tanaman dalam varietas tersebut.
Proses perkecambahan merupakan tahapan awal dari proses terbentuknya individu baru pada tumbuhan berbiji. Kelompok tumbuhan berbiji menghasilkan biji yang merupakan propagul untuk tumbuh menjadi individu baru. Di dalam biji terdapat komposisi kimia yang berperan sebagai embrio yang dapat aktif tumbuh menjadi individu baru apabila berada dalam kondisi lingkungan yang sesuai. Kondisi lingkungan yang sesuai mencakup kesesuaian akan air, cahaya dan udara. Biji dibedakan menjadi tiga tipe berdasarkan daya simpannya, yaitu biji ortodoks, rekalsitran dan intermediet (Mudiana, 2007).
Perkecambahan adalah muncul dan berkembangnya radikula dan plumula dari benih atau biji. Secara visual dan morfologis suatu benih yang berkecambah ditandai dengan terlihatnya radikula dan plumula dari biji. Perkecambahan benih terdapat tipe epigeal dan tipe hypogeal. Perkecambahan epigeal merupakan perkecambahan dimana menghasilkan kecambah dengan kotiledon muncul di atas permukaan tanah (Marthen et al., 2013). Perkecambahan hypogeal adalah apabila terjadi pembentangan ruas batang teratas (epikotil) sehingga daun lembaga ikut tertarik ke atas tanah, tetapi kotiledon tetapi di bawah tanah (Sutopo, 2002).

III. Metodologi
Praktikum Teknologi Benih acara 2 tentang identifikasi benih dan kecambah. Praktikum ini telah dilaksanakan pada hari Rabu, 16 Maret 2016 di Rumah Kaca dan Laboratorium Teknologi Benih, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini meliputi scalpel, pinset, magnifier, bak perkecambahan dan pasir. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum berupa benih padi, kedelai, jagung, sorgum, gandum, bayam, selada, sawi, kecipir, buncis, kacang hijau, kangkung, wortel, mentimun, terong, bengkoang, gambas, semangka, pare, kacang panjang, cabai dan tomat. Cara kerja pada praktikum ini adalah diamati ciri fisik (bentuk, warna, ukuran, kondisi permukaan kulit dan bobot 100 butir), identifikasi embrio (warna embrio, warna endosperm dan bentuk kotiledon) dan perkecambahan benih. Identifikasi embrio dilakukan pada biji yang sudah dilembabkan, lalu dibelah dan diamati bagian-bagian benih tersebut. Pada perkecambahan benih dilakukan pada bak media pasir selama 14 hari. Perkembangan perkecambahan diamati setiap 2 hari sekali. Pada setiap pengamatan didokumentasikan dalam bentuk foto.

IV. Hasil dan Pembahasan
a.      Hasil
Pada praktikum ini terdapat 25 macam benih yang diidentifikasi secara morfologi. Berikut ini merupakan identifikasi secara morfologi pada benih, yaitu




1.      Kedelai var. Burangrang (Gycine max)
Text Box: Bentuk  : Bulat pipih
Warna  : Coklat
Ukuran  : panjang = 0,54 cm
  : lebar  = 0,35 cm
  : tebal  = 0, 20 cm
Permukaan : Halus
Berat 100 gr : 14,74 gram

Description: Kedelai var Burangrang
(Dokumentasi Pribadi, 2016)
Kedelai mempunyai biji yang halus. Pada varietas burangrang, kedelai mempunyai warna coklat. Benih kedelai berbentuk bulat pipih dan terdapat bulatan hitam kecil pada biji yang merupakan mata biji.
2.      Bayam (Amaranthus sp.)
Text Box: Bentuk  : Bulat pipih
Warna  : Hitam
Ukuran  : panjang = 1,16 cm
  : lebar  = 0,15 cm
  : tebal  = 0,07 cm
Permukaan : Halus mengkilat
Berat 100 gr : 0,06 gram

Description: Bayam
(Dokumentasi Pribadi, 2016)
Benih bayam berukuran kecil sehingga sulit diamati. Bayam mempuyai benih yang berwarna hitam dengan bentuk built pipih. Menurut Sastrapradja (1977), tanaman bayam menghasilkan biji yang banyak.  Biji bayam mudah rontok dari tanaman. Warna kulit biji ada yang hitam atau coklat tua.


3.      Text Box: Bentuk  : Lonjong
Warna  : Merah kecoklatan
Ukuran  : panjang = 1,17 cm
  : lebar  = 0,35 cm
  : tebal  = 0,24 cm
Permukaan : Halus mengkilat
Berat 100 gr : 19,22 gram

Buncis (Phaseolus vulgaris)
Description: Buncis
(Dokumentasi Pribadi, 2016)
Buncis mempunyai biji yang terletak pada polongnya. Biji buncis yang digunakan pada praktikum ini berwarna merah kecoklatan. Akan tetapi, warna ini berbeda tiap varietas. Menurut Cahyono (2003), setiap buncis terdapat 2 sampai 6 butir polong yang pendek dan lebih dari 12 butir untuk polong yang panjang. Bentuk biji buncis sedikit melungkung dan mempunyai mata biji. Buncis yang telah masak akan mempunyao biji yang kerasa dan kulit yang kering.
4.      Mentimun (Cucumis sativus)
Text Box: Bentuk  : Elips
Warna  : Kuning krem
Ukuran  : panjang = 1,1 cm
  : lebar  = 0,28 cm
  : tebal  = 0,09 cm
Permukaan : Halus
Berat 100 gr : 2,61 gram

Description: Mentimun
(Dokumentasi Pribadi, 2016)
Mentimum mempunyai biji yang terletak pada bagian tengah buah. Biji mentimun menggerombol dan mengandung lendir. Biji mentimum berpentuk elips dan tipis. Biji ini digunakan sebagai alat perbanyakan secara generatif.


5.      Bengkuang (Pachyrrhizus erosus)
Text Box: Bentuk  : Pipih persegi
Warna  : Hitam kemerahan
Ukuran  : panjang = 0,84 cm
  : lebar  = 0,71 cm
  : tebal  = 0,42 cm
Permukaan : Halus
Berat 100 gr : 16,25 gram

Description: 490044.jpg
(Dokumen Pribadi, 2016)
Bengkuang mempunyai biji yang berwarna hitam kemerahan. Biji bengkuang berbentuk pipih persegi. Permukaan biji bengkuang halus. Biji bengkuang mempunyai kulit yang cukup keras sehingga dapat dilakukan skarifikasi untuk mempercepat proses perkecambahan benih.
6.      Padi IR-66 (Oryza sativa)
Text Box: Bentuk  : Pipih
Warna  : Kuning
Ukuran  : panjang = 0,92 cm
  : lebar  = 0,21 cm
  : tebal  = 0,18 cm
Permukaan : Kasar
Berat 100 gr : 2,15 gram

Description: Padi var IR 66
(Dokumentasi Pribadi, 2016)
Padi IR-66 mempunyai kulit yang cukup keras dan kasar. Untuk membudidayakan padi, umumnya dilakukan perendaman benih selama semalam untuk membuat benih melakukan imbibisi sehingga mempercepat perkecambahan.





7.      Text Box: Bentuk  : Bulat tidak beratur
Warna  : Ungu
Ukuran  : panjang = 0,58 cm
  : lebar  = 0,43 cm
  : tebal  = 0,38 cm
Permukaan : Halus
Berat 100 gr : 3,88 gram

Kangkung (Ipomoea reptans)
Description: Kangkung
(Dokumentasi Pribadi, 2016)
Kangkung mempunyai biji yang berwaran gelap. Biji kangkung berbentuk bulat tidak beraturan dari hasil pengamatan. Permukaan biji kangkung halus dan mempunyai berat 100 butir seberat 3,88 gram.
8.      Text Box: Bentuk  : Oval runcing tipis
Warna  : Coklat tua
Ukuran  : panjang = 0,71 cm
  : lebar  = 0,104 cm
  : tebal  = 0,01 cm
Permukaan : Kasar
Berat 100 gr : 0,09 gram

Tomat (Solanum lycopersicum)
Description: Tomat
(Dokumentasi Pribadi, 2016)
Tomat mempunyai biji yang diselimuti lender. Lendir pada biji ini harus dihilangkan agar biji dapat berkecambah. Biji tomat berukuran kecil dan ringan. Benih tomat berbentok oval runcing dan tipis.





9.      Padi IR-64 (Oryza sativa)
Text Box: Bentuk  : Oval ujung runcing
Warna  : Kuning coklat
Ukuran  : panjang = 1,04 cm
  : lebar  = 0,02 cm
  : tebal  = 0,01 cm
Permukaan : Kasar
Berat 100 gr : 2,8 gram

Description: Padi var IR 64
(Dokumentasi Pribadi, 2016)
Padi IR-64 mempunyai kulit yang cukup keras dan kasar. Untuk membudidayakan padi, umumnya dilakukan perendaman benih selama semalam untuk membuat benih melakukan imbibisi sehingga mempercepat perkecambahan.
10.  Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus)
Text Box: Bentuk  : Bulat
Warna  : Coklat hitam
Ukuran  : panjang = 0,92 cm
  : lebar  = 0,71 cm
  : tebal  = 0,83 cm
Permukaan : Licin
Berat 100 gr : 35,05 gram

Description: Kecipir
(Dokumentasi Pribadi, 2016)
Biji kecipir berada dalam buah kecipir. Dalam satu buah kecipir terdapat lima sampai 21 biji kecipir. Kecipir mempunyai biji yang berbentuk bulat dan berwarna coklat hitam.





11.  Text Box: Bentuk  : Lonjong
Warna  : Coklat kuning
Ukuran  : panjang = 0,54 cm
  : lebar  = 0,26 cm
  : tebal  = 0,24 cm
Permukaan : Sedikit kasar
Berat 100 gr : 4,61 gram

Gandum var. DWR 195 (Triticum durum)
Description: Gandum var DWR 195
(Dokumentasi Pribadi, 2016)
Gandum merupakan tanaman subtropics. Biji gandum tersusun atas bagian-bagian tertentu yang melingkupi endospermanya. Pada bagian luar biji terdapat lemma dan palea yang melindungi biji.
12.  Semangka (Citrullus lanatus)
Text Box: Bentuk  : Bulat pipih runcing
Warna  : Coklat muda
Ukuran  : panjang = 0,71 cm
  : lebar  = 0,43 cm
  : tebal  = 0,23 cm
Permukaan : Licin
Berat 100 gr : 3,22 gram

Description: Semangka
(Dokumentasi Pribadi, 2016)
Semangka merupakan tanaman merambat. Biji semangka terletak disebagian daging buah. Biji semangka berwarna coklat muda dan berukuran kecil.





13.  Gandum var. HD 2189 (Triticum durum)
Text Box: Bentuk  : Lonjong
Warna  : Coklat kuning
Ukuran  : panjang = 0,304 cm
  : lebar  = 0,28 cm
  : tebal  = 0,26 cm
Permukaan : Sedikit kasar
Berat 100 gr : 5,09 gram

Description: Gandum var HD 2189
(Dokumentasi Pribadi, 2016)
Gandum merupakan tanaman subtropics. Biji gandum tersusun atas bagian-bagian tertentu yang melingkupi endospermanya. Pada bagian luar biji terdapat lemma dan palea yang melindungi biji.
14.  Gambas (Luffa acutangula)
Text Box: Bentuk  : Oval pipih
Warna  : Hitam
Ukuran  : panjang = 0,61 cm
  : lebar  = 0,6 cm
  : tebal  = 0,14 cm
Permukaan : Kasar
Berat 100 gr : 12,88 gram

Description: Gambas
(Dokumentasi Pribadi, 2016)
Gambas mempunyai daging buah yang lunak. Biji gambas tersebar di dalam daging buah. Gambar mempunyai bentuk buah silinder dengan beberapa garis tegas (Ashari, 1995).




15.  Padi var. Fatmawati (Oryza sativa)
Text Box: Bentuk  : Oval runcing
Warna  : Kuning coklat
Ukuran  : panjang = 1,3 cm
  : lebar  = 0,135 cm
  : tebal  = 0,1 cm
Permukaan : Kasar
Berat 100 gr : 2,24 gram

Description: Padi var Fatmawati
(Dokumentasi Pribadi, 2016)
Padi var. Fatmawati mempunyai kulit yang cukup keras dan kasar. Untuk membudidayakan padi, umumnya dilakukan perendaman benih selama semalam untuk membuat benih melakukan imbibisi sehingga mempercepat perkecambahan.
16.  Text Box: Bentuk  : Oval tipis
Warna  : Kuning putih
Ukuran  : panjang = 1 cm
  : lebar  = 0,31 cm
  : tebal  = 0,104 cm
Permukaan : Kasar
Berat 100 gr : 0,24 gram

Selada keriting (Lactuca sativa)
Description: Selada keriting
(Dokumentasi Pribadi, 2016)
Biji selada berukurn kecil dan ringan. Biji ini berwarna kuning putih Biji selada merupakan biji tertutup dan berkeping dua.






17.  Text Box: Bentuk  : Lonjong
Warna  : Hijau
Ukuran  : panjang = 0,48 cm
  : lebar  = 0,34 cm
  : tebal  = 0,33 cm
Permukaan : Halus
Berat 100 gr : 8,27 gram

Kacang hijau (Vigna radiata)
Description: Kacang hijau var betet
(Dokumentasi Pribadi, 2016)
Biji kacang hijau berbentuk bulat yang terletak di dalam polong dan berwarna hijau. Menurut Purwono dan Hartanto (2005), berat 1000 butir kacang hijau antara 36 hingga 78 gram.
18.  Text Box: Bentuk  : Lonjong
Warna  : Coklat
Ukuran  : panjang = 0,4 cm
  : lebar  = 0,13 cm
  : tebal  = 0,04 cm
Permukaan : Kasar
Berat 100 gr : 0,12 gram

Wortel (Daucus carota)
Description: wortel
(Dokumentasi Pribadi, 2016)
Wortel mempunyai benih yang kecil dan ringan. Benih wortel mudak sekali terbawa angina ketika sudah kering dan tersebar ke lahan sekitar. Beih wortel berwarna coklat dan berbentuk lonjong.





19.  Text Box: Bentuk  : Lonjong
Warna  : Hitam
Ukuran  : panjang = 1,11 cm
  : lebar  = 0,6 cm
  : tebal  = 0,4 cm
Permukaan : Halus
Berat 100 gr : 17,53 gram

Kacang panjang (Vigna sinesis)
Description: kacang panjang
(Dokumentasi Pribadi, 2016)
Biji kacang panjang berada di dalam polong. Di dalam satu polong dapat mencapai 15 biji atau lebih tergantung pada panjang polong dan varietas kacang panjang. Pada bagian tengah biji terdapat bekas tangkai yang menghubungkan biji dengan kulit buah (Pitojo, 2006)
20.  Jagung (Zea mays)
Text Box: Bentuk  : Lonjong
Warna  : Kuning
Ukuran  : panjang = 0,95 cm
  : lebar  = 0,93 cm
  : tebal  = 0,34 cm
Permukaan : Halus
Berat 100 gr : 26,30 gram

Description: jagung lokal kuning
(Dokumentasi Pribadi, 2016)
Biji jagung merupakan biji Caryopsis yaitu biji kering yang mengandung sebuah benih tunggal yang menyatu dengan jaringan-jaringan dalam buahnya (Wirawan dan Wahyuni, 2002).




21.  Padi var. Wayapo Bulu (Oryza sativa)
Text Box: Bentuk  : Lonjong runcing
Warna  : Coklat
Ukuran  : panjang = 0,9 cm
  : lebar  = 0,27 cm
  : tebal  = 0,2 cm
Permukaan : Kasar
Berat 100 gr : 2,40 gram

Description: padi var wayapo bulu
(Dokumentasi Pribadi, 2016)
Padi var. Wayapo Bulu mempunyai kulit yang cukup keras dan kasar. Untuk membudidayakan padi, umumnya dilakukan perendaman benih selama semalam untuk membuat benih melakukan imbibisi sehingga mempercepat perkecambahan.
22.  Kacang tanah (Arachis hypogaea)
Text Box: Bentuk  : Lonjong
Warna  : Coklat
Ukuran  : panjang = 1,33 cm
  : lebar  = 0,36 cm
  : tebal  = 0,55 cm
Permukaan : Halus
Berat 100 gr : 38,42 gram

Description: kacang tanah
(Dokumentasi Pribadi, 2016)
Kacang tanah mempunyaai bentuk biji yang lonjong dan berwarna coklat. Kacang tanah mempunyai kulit biji yang tipis. Pada biji kacang tanah biasanya terdalam bulatan kecil yang nantinya akan menjadi plumula jika dikecambahkan.





23.  Terong (Solanum melongena)
Text Box: Bentuk  : Pipih
Warna  : Coklat
Ukuran  : panjang = 0,27 cm
  : lebar  = 0,23 cm
  : tebal  = 0,13 cm
Permukaan : Halus
Berat 100 gr : 0,35 gram

Description: terong
(Dokumentasi Pribadi, 2016)
Terong mempunyai letak biji yang menyerupai biji gambas. Biji terong juga berada dalam daging buah yang terletak tidak beraturan. Biji terong berwarna cokelat dan berbentuk pipih.
24.  Text Box: Bentuk  : Pipih
Warna  : Cokelat
Ukuran  : panjang = 0,38 cm
  : lebar  = 0,27 cm
  : tebal  = 0,03 cm
Permukaan : Halus
Berat 100 gr : 0,49 gram

Cabai besar (Capsicum annum)
Description: Cabai besar
(Dokumentasi Pribadi, 2016)
Biji cabai terletak di dalam buah cabai dan mengandung lendir. Cabai merupakan buat setengah basah. Biji cabai berukuran kecil dan berwarna coklet. Cabai mempunyai permukaan biji yang halus.




Pada praktikum ini, dilakukan identifikasi embrio terhadap sembilan benih berbeda, yaitu
Tabel 1. Pengamatan Identifikasi Embrio
No.
Jenis Benih
Warna Embrio
Warna Cadangan Makanan
Gambar
1
Kedelai
Coklat
Coklat
Description: kedelai
2
Gambas
Coklat
Putih
Description: gambas
3
Kecipir
Putih
Putih
Description: kecipir
4
Kacang Panjang
Putih
Putih
Description: kacang panjang
5
Kacang Hijau
Coklat tua
Coklat
Description: kacang hijau
6
Jagung
Putih
Kuning
Description: jagung
7
Mentimun
Putih kekuningan
Putih kekuningan
Description: timun
8
Bengkuang
Coklat
Coklat
Description: bengkoang
9
Buncis
Coklat
Kuning
Description: buncis

Pada praktikum ini dilakukan pengamatan perkecambahan benih terhadap benih mentimun, kedelai dan jagung. Hasil yang diperoleh sebagai berikut :
Tabel 2. Pengamatan Perkecambahan Benih
Hari  ke
Kedelai
Jagung
Timun
2
Description: C:\Users\user\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\1459914511519.jpg
Description: C:\Users\user\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\1459914771238.jpg
Description: C:\Users\user\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\1459914830021.jpg
4
Description: C:\Users\user\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\1459914513782.jpg
Description: C:\Users\user\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\1459914789675.jpg
Description: 1459509504957.jpg
6
Description: C:\Users\user\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\1459914516147.jpg
Description: C:\Users\user\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\1459914793109.jpg
Description: C:\Users\user\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\1459914746953.jpg
8
Description: 1459509555787.jpg
Description: 1459509552771.jpg
Description: C:\Users\user\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\1459914749074.jpg
10
Description: C:\Users\user\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\1459914718205.jpg
Description: 1459509572695.jpg
Description: C:\Users\user\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\1459914765108.jpg
12
Description: C:\Users\user\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\1459914720366.jpg
Description: C:\Users\user\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\1459914795875.jpg
Description: C:\Users\user\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\1459914767504.jpg
14
Description: C:\Users\user\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\1459914874102.jpg
Description: C:\Users\user\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\1459914876368.jpg
Description: C:\Users\user\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\1459914872049.jpg
                                                                                                            (Dokumen pribadi, 2016)
b.      Pembahasan
Identifikasi benih merupaka salah satu kegiatan dasar dalam teknologi benih. Benih setiap tanaman mempunyai ciri khusus yang berbeda dengan benih lainnya. Melalui identifikasi benih, seseorang dapat dengan mudah membedakan benih yang satu dengan benih lainnya. Identifikasi benih juga dapat menguji kualitas benih dengan mengamati morfologi benih.
Kegiatan identifikasi benih untuk membedakan benih paling awal dan mudah melalui pengamatan ciri fisik benih. Identifikasi ciri fisik benih dapat dilakukan dengan mengamati bentuk benih, warna benih, tekstur permukaan benih, ukuran benih meliputi panjang, lebar dan tebal benih, serta bobot 100 benih. Dengan pengamatan fisik benih, seseorang dapat langsung membedakan suatu benih hanya dengan melihat bagian luarnya. Selain itu, identifikasi benih juga dapat dilihat dari kondisi benih, apakah benih keriput ataupun tidak.
Menurut Crowder (2010), komposisi suatu biji terdiri dari embrio kecil, endosperm banyak (dimana tepung disimpan), dengan suatu lapisan aleuron mengelilingi endosperm. Embrio merupakan bakal buah dari suatu biji yang nantinya akan mengalami perkembangan menjadi radikula (calon akar), hipokotil (calon batang), epikotil (calon pucuk) maupun kotiledon (calon daun lembaga) jika berada pada kondisi yang sesuai. Biji yang nantinya berfungsi sebagai benih untuk budidaya yang bersifat agronomis membutuhkan cadangan makanan agar dapat bertahan lama. Cadangan makanan pada benih berupa karbohidrat, protein dan lemak yang nantinya akan dirombak oleh enzim sebagai energi untuk melakukan metabolisme pada benih sehingga dapat tumbuh dan berkembang. Menurut Anonim (tanpa tahun), pada biji terdapat beberapa struktur yang berfungsi sebagai jaringan penyimpan cadangan makanan, yaitu
1.      Kotiledon, misalnya pada kacang-kacangan, semangka dan labu.
2.      Endosperm, misalnya pada jagung, gandum, kelapa dan golongan serealia.
3.      Perisperm, misalnya pada family Chenopodiceae dan Caryophyllaceae.
4.      Gametophytic betina haploid, misalnya pada kelas Gymnospermae.
Kotiledon merupakan calon dari daun lembaga selain berfungsi sebagai penyedia nutrisi bagi benih, juga berperan sebagai organ yang berperan dalam metabolisme. Proses metabolisme tersebut berupa fotosintesis yang menhasilkan energi. Kotiledon terbentuk selama proses embriogenesis bersama dengan akar dan tunas tanaman selama perkecambahan. Kotiledon tumbuh didalam benih bersama dengan endosperma. Jumlah kotiledon pada tanaman menentukan jenis tanaman tersebut. Tanaman monokotil hanya mempunyai satu kotiledon, sedangkan tanaman dikotil mempunyai dua kotiledon.
Radikula adalah calon akar lembaga yang akan tumbuh menjadi akar utama. Radikula tumbuh menembus kulit biji. Pada benih dikotil, radikula akan menjadi akar tunggang. Adapun pada monokotil akan membentuk akar serabut dimana nantinya akan terdapat akar adventis yang tumbuh bukan dari akar primer tetapi dari pangkal batang. Sementara itu, kulit benih melapisi bagian endosperm. Kulit benih berfungsi untuk mencegah benih dari kekeringan, kerusakan mekanis atau cendawan dan melindungi benih dari suhu tinggi. Setiap benih mempunyai ketebalan dan kekerasan kulit benih yang berbeda-beda. Kulit benih umumnya berasal dari integument ovule yang mengalami modifikasi selama proses pembentukan biji.
Pengamatan embrio dilakukan dengan melembabkan benih sehingga terjadi imbibisi. Setelah itu, benih dibelah dan diamati perbedaannya, serta dilakukan identifikasi bagian-bagian yang terdapat dalam benih tersebut. Bagian-bagian benih tersebut meliputi warna embrio, warna cadangan makanan dan tipe embrionya. Pada benih yang dilakukan percobaan, terdapat bagian embrio, endosperm dan integument (pelindung keras). Akan tetapi, integument pada benih jagung cukup tipis. Dari pengamatan embrio dapat diketahui, benih yang diamati termasuk monokotil atau dikotil dengan melihat jumlah kotiledon. Benih yang termasuk monokotil adalah jagung dan padi. Adapun kacang tanah, kacang hijau, kacang panjang, buncis, bengkuang, mentimun, kedelai dan gambas termasuk dikotil. Bentuk embrio pada benih bermacam-macam. Pada buncis, bengkuang dan mentimun, embrio terletak pada ujung benih dan terlihat menonjol. Semetara itu, pada benih kacang hijau, kacang tanah, kacang panjang dan kedelai terletak dibagian tengah benih.
            Perkecambahan meupakan proses lanjutan dari benih yang mengalami imbibisi dan adanya pengaktifan enzim sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan menjadi kecambah. Perkecambahan ditandai dengan munculnya radikula dan plumula. Pada tahap awal dari perkecambahan dapat diamati tipe-tipe perkecambahan suatu benih berdasarkan kedudukan kotiledon benih. Menurut Sutopo (2002), tipe perkecambahan benih dibedakan menjadi
1.      Epigeal
Tipe perkecambahan epigeal yaitu munculnya radikula diikuti dengan memanjangnya hipokotil secara keseluruhan dan membawa serta kotiledon dan plumula ke atas permukaan tanah.
2.      Hipogeal
Tipe perkecambahan hipogeal yaitu apabila terjadi pembentangan ruas batang teratas (epikotil) sehingga daun lembaga ikut tertarik ke atas tanah, tetapi kotiledon tetapi di bawah tanah
Pada praktikum ini, dilakukan pengamatan tipe perkecambahan pada benih kedelai, jagung dan timun yang dikecambahkan pada media pasir selama 14 hari. Dari hasil percobaan diketahui bahwa perkecambahan jagung termasuk tipe hypogeal. Hal ini dikarenakan pertumbuhan epikotil menyebabkan plumula terangkat dan terus mengalami pemanjang yang berada di atas permukaan tanah. Adapun kotiledon tetap berada di dalam tanah. Benih kedelai dan mentimun termasuk dalam perkecambahan epigeal. Hal ini dikarenakan hipokotil mengalami pemanjangan yang menyebabkan kotiledon terangkat di atas permukaan tanah.
Pada perkecambahan epigeal diawali dengan munculnya radikula yang tumbuh ke dalam permukaan tanah. Kemudian akar melakukan perluasan bidang serapan agar memperoleh nutrisi untuk terus tumbuh. Radikula terus mengalami pertumbuhan dan memanjang sehingga dapat mengangkat plumula muncul ke permukaan tanah. Selanjutnya testa mengelupas. Ketika cadangan makanan pada kotiledon habis, maka kotilebon akan mengkerut dan dan akan terbentuk daun, selanjutnya mulai terbentuk fotosintesis pada kecambah tersebut.
Pada perkecambahan hipogeal diawali dengan radikula. Radikula kemudian terus berkembang dan diiringi munculnya epikotil yang tumbuh memanjang sampai ke luar permukaan tanah. Pemanjangan epikotil ini tidak ikut membawa kotiledon ke atas permukaan tanah. Setelah epikotil muncul diatas permukaan tanah, selanjutnya akan tumbuh plumula pada ujung epikotil. Epikotil akan bertumbuh terus ke atas dan muncul daun. Sementara itu, jika cadangan makanan pada kotiledon sudah habis, maka kotiledon akan mengempis dan akar terus berkembang untuk menyerap nutrisi dari dalam tanah.

V.    Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa identifikasi benih yang dilakukan pada 24 benih mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Bentuk benih dapat berupa bulat, bulat lonjong, bulat lonjong runcing, pipih, elips dan pipih persegi. Warna benih meliputi hitam, coklat, coklat tua, coklat muda, coklat kehitaman, coklat kekuningan, hijau, kuning, ungu, merah kecoklatan dan hitam kemerahan. Ukuran benih yang diamati meliputi panjang, lebar dan tebal dari 0.01 sampai 1.33 cm. Tekstur permukaan benih ada yang halus, megkilap dan kasar. Setiap benih mempunyai bagian embrio yang berbeda meliputi embrio, testa, endosperm dan kotiledon. Perkecambahan benih dibedakan berdasarkan letak kotiledonnya menjadi tipe epigeal dan hipogeal.













Daftar Pustaka


Anonim, tanpa tahun.http://labpemuliaantanaman.staff.ub.ac.id. Diakses pada 6 April 2016.

Ashari, S. 1995. Hortikultura aspek budidaya. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Cahyono, Bambang. 2003. Kacang Buncis. Kanisius, Yogyakarta

Crowder, L.V. 2010. Genetika tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Kirby 

Lesilolo, M.K., J. Riry dan E.A. Matatula, 2013. Pengujian viabilitas dan vigor benih beberapa jenis tanaman yang beredar di pasaran Kota Ambon. Jurnal Agrologia 2(1): 1-9.

Marthen, E. Karya dan H. Rehatta. 2013. Pengaruh perlakuan kecambah dan perendamanterhadap perkecambahan benih sengon (Paraserianthes falcataria L.). Jurnal Agrologia 2(1): 10-16).

Mudiana. 2007. Perkecambahan Syzygium cumini (L.) Skeels. Jurnal Biodiversitas 8(1) : 39-42.

Mudita

Pitojo. 2006. Benih cabai. Kanisius, Yogyakarta.

Purwono dan R. Hartono. 2005. Kacang Hijau. Penebar Swadaya, Depok.

Sastrapradja, S. 1977. Sayur-sayuran. Lembaga Biologi Nasional-LIPI, Bogor

Sutopo. 2002. Teknologi benih. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Wirawan, B. dan S. Wahyuni. 2002. Memproduksi benih bersertifikat. Penebar Swadaya, Jakarta.



Laporan Praktikum Teknologi Benih Acara 5 Besar Benih, Pengaruhnya pada Kecepatan Berkecambah, Pemunculan dan Pertumbuhan Bibit

ACARA V BESAR BENIH, PENGARUHNYA PADA KECEPATAN BERKECAMBAH, PEMUNCULAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT Abstraksi Praktikum Dasar-Dasar Tekno...