Sektor Pertanian merupakan sektor utama
dalam pembangunan kesejahteraan negara berkembang seperti Indonesia. Menurut
Manehat et al. (2014), sektor pertanian berperan pada 1)
pertanian sebagai sektor dominan di kebanyakan negara berkembang, dilihat
berdasarkan proporsi Gross Domestic Product (GDP) yang dihasilkan sektor ini,
2) pertumbuhan sektor non pertanian di negara berkembang sangat tergantung pada
peningkatan penyediaan pangan yang mantap karena itu menyebabkan inflasi dan
biaya upah yang rendah, 3) sektor pertanian menyediakan lapangan kerja bagi
angkatan kerja. Selain itu, sektor pertanian di Indonesia juga didukung oleh
wilayah Indonesia yang luas dan mempunyai iklim tropis yang bagus untuk
ditanami berbagai tanaman.
Pada beberapa wilayah di Indonesia,
komoditas yang banyak dibudidayakan petani, khususnya petani sawah adalah padi.
Padi merupakan sumber makanan pokok bagi hampir seluruh masyarakat Indonesia.
Hal tersebut mendorong produksi dan produktivitas tanaman padi yang
dibudidayakan petani harus mencapai hasil produksi yang optimum agar dapat
memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Sementara itu, padi juga
merupakan komoditas pertanian yang sangat strategis dari segi ekonomis dan
politis, serta diusahakan oleh sekitar 18 juta petani dan 66% produk domestik
bruto (PDB) tanaman pangan. Akan tetapi, hal ini masih belum mencukupi
kebutuhan padi nasional (Rahayu, 2012).
Dalam kegiatan budidaya padi, tanaman padi
membutuhkan air yang cukup banyak. air berperan sebagai kebutuhan dasar tanaman
untuk dapat melakukan pertumbuhan sehingga nantinya dapat berproduksi maksimal.
Budidaya padi yang dilakukan petani umumnyamenggunakan sistem konvensional.
Penggenangan pada padi yang dilakukan untuk mencukupi kebutuhan air dari
tanaman padi. Akan tetapi, kebutuhan air yang terlalu tinggi terkadang sulit
terpenuhi akibat kelangkaan air karena efek globalisasi dan dibarengi perubahan
iklim yang sulit diprediksi. Pada tanaman padi, kekeringan dapat menunda
perkembangan fenologi dan translokasi asimilat ke biji-biji (bulir padi).
Proses tanaman yang bergantung pada peningkatan volume sel juga sangat sensitif
terhadap defisit air (Davatgar et al.,
2009).
Air berperan penting dalam proses
metabolisme tanaman untuk pembentukan hasil panen. Air juga banyak berperan
dalam proses transpirasi, respirasi dan fotosintesis tanaman, keberadaan air
berperan langsung dalam proses transpirasi tanaman yang berfungsi menjaga suhu
tanaman. Dalam kaitannya dengan proses transpirasi, terdapat juga proses
penyaluran air yang dibutuhkan saat penyaluran hasil fotosintesis dari source menuju sink untuk mengatur kadar konsentrasi air ketika proses penyaluran
(Campbell et al., 2003).
Pengaruh air terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman tidak hanya pada kondisi terbatas yang dapat merusak
tanaman. Akan tetapi, ketersediaan air yang berlebih pada fase-fase tertentu
juga dapat menurunkan kualitas tanaman padi. Keberadaan air yang menggenangi
permukaan tanah justru akan mempersulit akar tanaman untuk memperoleh udara. Hal
ini dikarenakan pori tanah terisi oleh air. Kondisi ini justru dapat
meningkatkan konsentrasi karbon dalam tanah yang dapat bersifat toksik bagi
tanaman (Parent et al., 2008). Akibat
dari penggenangan ini menyebabkan tanah jenuh air. Kondisi ini juga dapat
memicu terjadinya perubahan pH akibat reaksi redoks yaitu penurunan kadar O2
dan meningkatnya ion H+ dari air yang dapat menurunkan pH tanah.
Kondisi tanah yang bersifat toksik terjadi karena difusi udara yang rendah
dimana menyebabkan kondisi aerobik pada tanah. Menurut Parent et al. (2008),
akibat langsung dari genangan air adalah terjadinya periode hipoksia diikuti
penurunan ketersediaan O2 yang menyebabkan anoksia. Kekurangan
oksigen seluler disebut hipoksia yaitu ketika kadar O2 membatasi
respirasi mitokondria. Anoksia merupakan keadaan dimana respirasi benar-benar
terhambat, yaitu ketika respirasi menurun dan aliran elektron melalui jalur
respirasi berkurang sehingga mengurangi produksi ATP. Hal ini menyebabkan bahan
kimia pengoksidasi harus dihasilkan melalui jalur alternatif yang tidak
menggunakan oksigen sebagai akseptor elektron terminal.
Akibat dampak yang ditimbulkan pada
penggunaan pertanaman sistem konvensional, maka diciptakan beberapa sistem lain
yang bertujuan untuk mengurangi inpur penggunaan air dan meminimalisir dampak
yang diakibatkan jika terjadi kelangkaan ketersediaan air. Sistem penanaman padi
yang saat ini dianggap memiliki fungsi untuk mengefesienkan penggunaan air
adalah sistem SRI (System of Rice
Intensification). SRI merupakan sistem yang diterapkan agar kondisi tanah
tetap berair tetapi tidak tergenang yang biasa disebut kondisi macak-macak.
Munurut Nurfaijah et al. (2015),
budidaya padi sistem SRI yang telah dilakkan secara kontinyu di Madagaskar
dapat menghasilkan gabah 2,74 ton pada sawah 13 are atau setara 21 ton/ha.
Selain itu, sistem pengairan irigasi juga dapat menghemat penggunaan air
budidaya padi. Sistem pengairan irigasi dilakukan pengairan pada saat permukaan
tanah surah kering. Pengairan ini terus dilanjutkan hingga tanaman padi
memasuki usia panen. Menurut Nurfaijah et
al. (2015), sistem pengairan irigasi saat ini dapat dilakukan secara
otomatis menggunakan bantuan selenoid. Hal ini menyebabkan pengairan lebih
mudah dilakukan karena dapat digunakan timer.
Beberapa sistem pertanaman padi tersebut membutuhkan jumlah air yang
berbeda-beda. Ketersediaan/jumlah air tersebut ternyata juga menghasilkan
produksi dan biaya yang berbeda.
Sumber:
Campbell, N.A., J.B. Reece and L.A. Urry. 2003. Biologi edisi kelima jilid
kedua. Erlangga, Jakarata.
Davatgar, N., M.R. Neishabouri, A.D. Sepaskhah dan A. Sottani. 2009.
Physiological and morphological responses of rice to varying water stress
management strategies. International Journal of Plant Production 3(4):19-32.
Manehat, M.S., M.R. Pellokilla dan I.N.P. Soetedjo. 2014. Potensi lahan dan
tenaga kerja terhadap pemanfaatan air di daerah irigasi Kecamatan Kupang Tengah,
Kabupaten Kupang, NTT. Jurnal Ilmu Lingkungan 12(1):42-52.
Nurfaijah, B.I. Setyawan, C. Arif dan S. Widodo. 2015. Sistem kontrol
tinggi muka air untuk budidaya padi. Jurnal Irigasi 10(2):97-110.
Parents, C., N. Capelli, A. Berger, M. Crevecoeur dan J.F. Dat. 2008. An
overview of plant responses to soil waterlogging. Plant Stress Journal
2(1):20-27.
Rahayu, A.Y. 2012. Toleransi kekeringan beberapa padi gogo unggul nasional
terhadap ketersediaan air yang terbatas. Jurnal Agroland 19(1):1-9.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar